Deklarasi KAMI di Lombok Ditolak Masyarakat, Dianggap Serupa Makar

Ratusan orang di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menolak deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatakan Indonesia (KAMI) di halaman Islamic Center Mataram, Selasa, 29 September 2020.
Sumber :
  • VIVA/Satria Zulfikar

VIVA – Ratusan orang di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menolak deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Ratusan orang berorasi menolak deklarasi itu di halaman Islamic Center Mataram, Selasa, 29 September 2020.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Deklarasi KAMI rencananya digelar di Pondok Pesantren Islahuddin Lombok Barat dalam waktu dekat. 

Penolakan tersebut lantaran massa menduga KAMI dapat memecah belah persatuan Indonesia dengan isu-isu komunis. Apalagi Indonesia tengah menghadapi bencana nonalam pandemi COVID-19.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

"Kami tegas menolak kehadiran KAMI NTB, setelah melakukan kajian bahwasanya kami mengindikasikan KAMI bisa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa," kata Koordinator Umum Aksi, Ahyar Rosidi.

Baca: Fadli Zon Usul Menteri Kesehatan Diistirahatkan

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Dia mengatakan, kehadiran KAMI di NTB berdampak terhadap citra Pulau Lombok yang terkenal dengan toleransi. NTB, kata mereka, sudah harmonis, apalagi Lombok dikenal sebagai Pulau Seribu Masjid. "Ini muncul kelompok yang berkedok gerakan moral padahal ada kepentingan di baliknya," ujarnya.

Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Mataram, Hamidi, mengatakan deklarasi KAMI penuh dengan pertanyaan. KAMI lahir di tengah kondisi negeri sedang bersama saling merangkul untuk melawan COVID-19.

"Tentu, munculnya KAMI di tengah ancaman COVID-19 menjadi pertanyaan besar bagi anak negeri," katanya. 

"Saya melihat KAMI serupa dengan gerakan makar dan ingin menjatuhkan pemerintah yang sah secara konstitusional, hal tersebut menjadi ancaman baru bagi negara kesatuan Republik Indonesia," tuturnya. 

Aksi penolakan juga dilakukan oleh Aliansi Pemuda Nusa Tenggara Barat. Koordinator Aksi Parwadi mengatakan menolak keras kelompok-kelompok yang dinilai memecah belah umat di Pulau Seribu Masjid.

"Kami tidak ingin ada kelompok atau aliansi-aliansi yang ingin memecah belah bangsa dan umat. Jika ada yang ingin memecah belah maka langkahi mayat kami," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya