Khofifah: Tingkat Penularan COVID-19 di Jatim Terendah se-Indonesia

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jawa Timur.
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa tingkat penularan atau rate of transmission (Rt) Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 di Jatim saat ini dalam posisi terendah se-Indonesia. Operasi yustisi yang dilakukan secara serentak di Jatim oleh petugas gabungan dalam dua pekan dua pekan terakhir berperan besar dalam penurunan angka kasus positif tersebut.

Keuskupan Agung Jakarta Sebut Paus Fransiskus Akan Kunjungi Indonesia September 2024

Pernyataan Khofifah itu mengacu pada kurva tren tambahan kasus harian yang dirilis Kemenkes. Menurutnya, di saat kurva DKI, Jawa Tengah, dan Jawa Barat cenderung naik, Jawa Timur justru cenderung melandai.

Baca juga: Wagub DKI Klaim Pasien COVID-19 Sembuh Sudah 80 Persen

Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Selain itu, berdasarkan situs thebonza.com yang menganalisis data dari Satuan Gugus Tugas COVID-19 Indonesia, tingkat penularan di Jatim sudah di bawah angka satu selama 9 hari.

Bahkan, berdasarkan data per Selasa, 29 September 2020, tingkat penularan COVID-19 di Jatim menjadi terendah se-Indonesia, yakni 0,8. "Apabila ini bisa di pertahankan sampai 14 hari, maka penyebaran COVID-19 di Jawa Timur menjadi relatif terkendali," kata Khofifah dalam keterangan tertulis diterima pada Rabu, 30 September 2020.

Simulasi 3 Nama Pilgub Jatim Versi ARCI: Khofifah Unggul, Dibayangi Cak Imin dan Risma

Ia menjelaskan operasi yustisi untuk meningkatkan kepatuhan bermasker diikuti dengan testing dan isolasi yang masif dalam dua minggu terakhir membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Berdasarkan data yang dirilis Kemenkes pada Selasa kemarin, kasus aktif COVID-19 yang masih dirawat di Jatim merupakan yang terendah dibandingkan provinsi besar lain di Pulau Jawa, yaitu sebanyak 3.580 pasien.

Di provinsi lain angkanya lebih tinggi yaitu Jateng sebanyak 4.962 kasus aktif, Jabar 8.075 kasus aktif, dan DKI Jakarta terdapat 12. 106 kasus aktif COVID-19. Sementara itu, dalam dua minggu terakhir testing PCR yang dilakukan cukup masif yakni 77.953 tes, angka ini sudah mendekati target WHO.

"Alhamdulillah, operasi yustisi yang diikuti dengan testing PCR yang terus naik dan isolasi yang lebih agresif dengan jemput bola ini cukup efektif untuk menekan kasus baru COVID-19 di Jawa Timur," ujarnya.

Mantan Mensos itu menerangkan, operasi yustisi di Jatim sampai hari ini telah dilakukan di 40.745 titik, dengan total yang terjaring sebanyak 592.634 orang dengan rincian jumlah teguran sebanyak 484.044 teguran, hukuman sosial kepada 87.862 orang, denda administratif kepada 20.728 orang, penyitaan KTP sebanyak 10.249 buah, percobaan kurungan kepada 1 orang dan penutupan tempat usaha kepada 36 lokasi.

Sementara untuk testing, berdasarkan laporan mingguan dari Kemenkes per 24 September 2020, Jawa Timur menduduki provinsi dengan jumlah PCR tertinggi nomor 2 setelah Jakarta. Sampai hari ini sudah lebih dari satu juta tes telah dilakukan untuk warga Jatim, dengan rincian rapid test sebanyak 943.088 dan PCR sebanyak 329.045 sampel.

Selain itu, optimalisasi perawatan COVID-19 di Rumah Sakit juga terus diupayakan oleh Pemprov Jatim. Berdasarkan laporan dari Kemenkes per 24 September 2020, Jawa Timur menduduki provinsi dengan jumlah bed isolasi tertinggi di Indonesia dengan total bed ICU dan isolasi sebanyak 7.591 dengan keterisian hanya 2.918 bed.

Selain itu, BOR Jawa Timur saat ini adalah 38% yang artinya kapasitas bed masih aman, jauh di bawah standar WHO yang 60%. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya