Harimau-harimau Sumatera Turun Gunung ke Permukiman di Agam Sumbar

Harimau di Agam turun gunung ke permukiman, BKSD turun tangan
Sumber :
  • VIVA/Andri Mardiansyah

VIVA – Konflik harimau Sumatera dengan manusia kembali terjadi di Kabupaten Agam, Sumatra Barat (Sumbar). Kali ini, giliran warga di Jorong Cubadak Lilin, Nagari Tigo Bala, Kecamatan Matur, dibuat resah dengan adanya keberadaan satwa liar berjuluk si raja rimba tersebut. Bahkan, selain menampakkan diri dan meninggalkan jejak kaki, hewan dengan nama latin Panthera Tigris Sumatrae itu juga menerkam ternak warga. 

Rupiah Menguat Pagi Ini Hasil Rilis Neraca Dagang RI Bisa Tahan Pelemahan

Tiga ekor ternak kambing milik warga setempat bernama Zulven Henri dan satu ekor kerbau milik Syafri Musa (40) menjadi korban terkaman harimau. Kini, untuk mengantisipasi konflik berkepanjangan, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) resor Agam, sudah memasang satu unit box trap atau kandang jebak, kamera trap dan patroli rutin di sekitar lokasi kejadian.

“Laporan konflik ini kita terima pada Kamis pagi kemarin. Awalnya, laporan menyebutkan kalau seluruh hewan ternak itu mati akibat Harimau Sumatra. Namun,m setelah dilakukan identifikasi di lapangan ditemukan fakta, kambing mati diterkam beruang madu. Sedangkan kerbau (luka-luka) diterkam harimau Sumatra. Tanda keberadaan berupa kotoran, jejak dan bekas cakaran pada hewan ternak (kerbau) mengidentifikasikan itu adalah harimau Sumatera,”kata Kepala BKSDA Resor Agam Ade Putra, Kamis 1 Oktober 2020.

Bank Mandiri Pastikan Likuiditas Solid di Tengah Gejolak Iran-Israel

Baca juga: Viral Kedahsyatan Emak-emak Karo Hancurkan Tempat Judi Para Suami

Keberadaan harimau Sumatera ini kata Ade, diperkuat dengan ditemukannya jejak baru yang hanya berjarak sekitar 20 meter dari kandang jebak yang kita pasang tiga hari lalu. Untuk lebih memastikan, mereka memasang dua unit kamera trap yang ditempatkan di posisi bagian depan dan belakang kandang jebak itu. Untuk menarik perhatiannya, umpan yang kita gunakan adalah seekor kambing.

Terungkap 3 Alasan Iran dan Arab Saudi Saling Bermusuhan, Isu Agama Paling Kuat

Ade menegaskan, langkah antisipasi dengan cara memasang kandang jebak untuk menangkap dan mengevakuasi harimau Sumatera terpaksa dilakukan lantaran setelah upaya pengusiran dengan cara membunyikan meriam buatan tak membuahkan hasil. Jejak-jejak baru masih ditemukan di sekitar lokasi kejadian. 

“Lokasi konflik berada di tengah permukiman. Kandang jebak dipasang dengan umpan kambing itu, bukanlah satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik ini. Kita terus berusaha melakukan pengusiran. Sejak kemarin, kita belum menemukan bekas jejak kaki baru. Mudah-mudahan Harimau itu sudah masuk kembali ke habitatnya didalam hutan. Karena, upaya terbaik menangani konflik bukan dengan cara melakukan penangkapan. Melainkan sebaliknya, pengusiran agar masuk kembali ke dalam hutan,”ujar Ade Putra.

Selain di lokasi ini kata Ade, pihaknya juga menerima laporan dari warga yang menyebutkan adanya penampakan 3 ekor harimau Sumatra yang diduga adalah induk dan dua ekor anaknya. Namun demikian, mereka masih belum bisa memastikan kebenaran informasi ini.

Selain lokasinya berbeda, tim di lapangan juga masih fokus melakukan penanganan konflik di Jorong Cubadak Lilin.

“Yang jelas, konflik seperti ini memang kerap terjadi. Mau tidak mau harus kita akui bersama kalau turunnya satwa liar dilindungi ke perkampungan warga bahkan memangsa ternak, juga disebabkan oleh faktor ulah manusia. Illegal logging, perburuan hewan seperti babi yang menjadi konsumsi satwa itu salah satu dari sekian banyak faktor penyebab.

Untuk itu, kami dari KSDA terus mengimbau kepada masyarakat untuk bersama-sama ikut andil melestarikan hutan dan menjaga kelestarian satwa-satwa liar dilindungi. Terutama harimau Sumatera yang kian hari jumlah populasinya kian berkurang. Jangan biarkan anak cucu kita tidak dapat lagi melihat satwa-satwa itu,” kata Ade Putra. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya