Gatot: Kami Ini Pensiunan yang Tahu Aturan, Apa Salah Kami

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Arif Firmansyah

VIVA – Kegiatan ziarah di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan yang dihadiri purnawirawan TNI termasuk eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo sempat diwarnai kericuhan. Jadi sorotan, Gatot pun menjelaskan kronologi persoalan peristiwa tersebut.

Prabowo Subianto Minta Maaf Karena Nakal: Saya Minta Maaf ke Senior Karena Bikin Repot

Dia mengaku hadir ziarah dan tabur bunga ke TMP Kalibata atas undangan dari Letnan Jenderal TNI Mar (Purn) Suharto. Kata Gatot, status Suharto sebagai ketua Purnawirawan Pengawal Kedaulatan Negara (PPKN).

Menurut Gatot, Suharto memintanya untuk menjadi inspektur upacara atau irup di TMP. Namun, ia menolak permintaan tersebut dan hanya ingin jadi peserta upacara.

135 Purnawirawan TNI-Polri Ajukan Amicus Curiae ke MK Terkait Sengketa Pilpres

"Jadi, saya perlu jelaskan dulu. Saya hadir ke sana atas undangan Letnan Jenderal Marinir Soeharto sebagai ketua PPKN, beliau minta saya sebagai irup. Saya bilang jangan irup, saya peserta upacara saja. Karena bapak sebagai pimpinan PPKN," ujar Gatot dalam wawancara dengan tvOne yang dikutip VIVA pada Jumat, 2 Oktober 2020. 

Baca Juga: PMII Ancam Polisikan Gatot Nurmantyo

Bukan Fortuner, Nomor Pelat TNI yang Viral Ternyata Terdaftar untuk Pajero Sport

Dia menekankan, agenda para purnawirawan ke TMP akan menggelar ziarah terpimpin yang rangkaian aktivitasnya selain ziarah dan tabur bunga tentu ada upacara.

Gatot pun mengaku sudah bertanya ke Suharto soal izin ziarah ke Garnisun TNI. Ia menyampaikan, dari pengakuan Suharto bahwa izin saat itu dalam proses. Maka itu, ia meminta perwakilan upacara adalah dari Garnisun.

"Itu sudah dilaksanakan. Nah, pada saat saya ke sana, sudah banyak orang. Saya pun bingung, karena sepanjang saya masih tentara, sudah beberapa puluh kali saya ikut upacara dan lain sebagainya di taman makam pahlawan tidak pernah banyak tentara dan polisi," ujar eks kepala staf TNI AD (KSAD) itu.

Pun, ia bingung saat hendak masuk ke area TMP, Gatot ditahan Dandim 0504/Jakarta Selatan Kolonel Inf Ucu Yustia. Kemudian, sempat terjadi perdebatan antara Gatot dan Ucu.

"Saya tanya kenapa seperti ini? Katanya tidak bisa pak. Loh, kami ini akan ziarah ke taman makam pahlawan, pahlawan khususnya pahlawan revolusi. Kamu sebagai prajurit punya sumpah prajurit Sapta Marga. Akhirnya dandim bilang bisanya 30 orang," ujar Gatot.

Gatot selanjutnya menjelaskan aturan protokol dari dandim kepada para purnawirawan mengenai ada batasan 30 orang yang ziarah secara bergantian. Sebab, yang hadir saat itu, memang lebih dari 30 orang purnawirawan TNI.

Para purnawirawan TNI itu akhirnya mengikuti aturan tersebut dengan membatasi sebanyak 30 orang untuk masuk ke TMP secara bergantian. Meski, menurutnya, membingungkan jika upacara hanya 30 orang.

Baca Juga: Gatot Singgung PDIP, Effendi Simbolon: Sangat Naif

Namun, saat proses ziarah itu, hadir sekelompok massa yang onar di depan TMP Kalibata. Gatot merasa janggal karena kelompok massa itu bukan ditertibkan aparat petugas.

"Apakah mereka petugas menertibkan mereka. Alih-alih mereka yang ditertibkan tapi kami yang terus ditekan dihadapkan dengan tentara yang aktif. Apa pembiaran ini sengaja?" ujar Gatot.

Kemudian, ia menyinggung adanya pernyataan kehadiran Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) dalam ziarah ke TMP Kalibata. Gatot membantahnya karena tidak demikian. Kata dia, perwakilan KAMI yang menemaninya hanya Prof. Rochmat Wahab dan Ahmad Yani.

"Saya katakan itu bohong besar. Jangan bicara seperti itu. Tanya kepada Pak Harto. Yang ada itu purnawirawan semuanya. Saya pun sudah memakai baret hitam. Tapi, begitu banyak anak-anak pakai baret komando, saya pun orang komando, saya pakai baret merah," tuturnya. 

"Kita semuanya ingin menghormati para senior kami yang mencurahkan pikiran, keringat, darah, dan bahkan nyawa, khususnya peristiwa G30SPKI," sebut Gatot.

Gatot heran sampai acara ziarah dan tabur bunga yang diinisiasi PPKN sampai diadang. Ia mempertanyakan alasannya.

Meski sudah ikuti aturan dengan hanya 30 orang ziarah secara bergantian, tapi tetap diteriaki dengan hasutan. Kata Gatot, ada teriakan hasutan dari kelompok di luar TMP agar acara ziarah PPKN dibubarkan karena pandemi Corona COVID-19.

"Begitu 30 yang baris, teriak-teriak COVID, segala macam, segera bubarkan. Ya, bagaimana yang lainnya kan ingin masuk bergantian ke makam pahlawan, malah disuruh pulang," ujarnya.

Dia menyindir petugas yang terkesan membiarkan kelompok onar di luar TMP. Namun, sebaliknya para purnawirawan ditekan. "Bukannya menertibkan yang demo. Malah seolah-olah kami yang tidak tertib," kata Gatot.

Gatot mengatakan sekali lagi, tujuannya bersama senior purnawirawan TNI lainnya hanya untuk ziarah. Tapi, yang jadi pertanyaan kenapa harus diributkan.

"Kami ini adalah pensiunan-pensiunan yang tahu aturan dan tujuan kami hanya untuk berziarah mendoakan para senior yang sudah berkorban. Apa salah kami, itu menjadi pertanyaan mendasar," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya