Indekos Mewah di Belakang Sawah, Sarang Prostitusi Online di Mataram

Ilustrasi prostitusi
Sumber :
  • dok. pixabay

VIVA – Di balik visi Kota Mataram "Maju, Religius dan Berbudaya" tersimpan sejumlah persoalan yang masih pelik. Urusan prostitusi online yang kembali marak kini jadi salah satunya.

Disebut Pakai Susuk ke Aden Wong, Spiritualis Ingatkan Hal Pedih Untuk Tisya Erni

Banyak aplikasi pesan instan maupun media sosial diduga dijadikan lapak prostitusi. Salah satunya yang bukan menjadi rahasia umum adalah aplikasi MiChat. Aplikasi tersebut membuat orang dengan mudahnya menemukan pekerja seks komersial (PSK) untuk layanan prostitusi.

Sebelum gempa Lombok pada 2018 silam, prostitusi online banyak dijumpai lewat BeeTalk. Aplikasi yang hampir sama dengan MiChat. Namun karena aplikasi mengurangi fitur pencarian teman terdekat (people nearby), banyak lelaki hidung belang diduga beralih di aplikasi lainnya seperti MiChat.

Remaja Habisi Sahabatnya Karena Sakit Hati Kekasihnya Mau Dijual Lewat Aplikasi

Baca juga: 4 Sungai Meluap Rendam Permukiman, Ribuan Orang di Garut Mengungsi

Dari SPA ke Kos

Dilaporkan ke Polisi atas Dugaan Perzinahan, Tisya Erni Pernah Terlibat Kasus Prostitusi Online

Wulan (bukan nama sebenarnya) seorang wanita berusia 20-an tahun mengaku kini aktif di MiChat. Dahulu dia bekerja sebagai seorang terapis di salah satu SPA di Kota Mataram.

Namun menurut dia, layanan pijat plus plus tersebut tidak terlalu menguntungkan banyak. Lebih banyak justru masuk ke pengusaha SPA. Akhirnya dia berhenti bekerja di SPA dan beralih menjajakan layanan prostitusi bermodus SPA di kos-kosan.

"Sudah berhenti (kerja di SPA) sejak Corona (pandemi COVID-19). Sekarang sudah buka di kos," ujar Wulan di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pandemi, kata dia, menjadi suatu alasan banyak pramunikmat membuka praktik di kos-kosan. Selain bisa kerja kapan saja sesuai keinginan, keuntungan disebut yang didapat lebih besar. Mereka dapat langsung menerima dari pelanggan tanpa harus menyetor ke kasir SPA.

Berbeda dengan Wulan, Bulan (bukan nama sebenarnya) lebih memilih mencari pelanggan di MiChat dengan lokasi prostitusi adalah hotel. Rata-rata hotel melati menjadi lokasi kopi darat dengan pelanggan setelah mencocokan tarif kencan.

Bulan tidak memiliki kos-kosan. Dia datang merantau ke Mataram bersama bibinya sebelum gempa Lombok terjadi. Sehingga, menurut dia, lokasi paling praktis adalah dengan sistem bayar di tempat di sebuah hotel.

Sementara di ujung Kota Mataram, sebuah kos-kosan bebas di belakang sawah kini jadi tempat yang aman bagi para pramunikmat mencari target pria hidung belang. Di indekos tersebut ada sepuluh kamar. Masing-masing lima kamar berhadapan. Hampir semua isinya adalah wanita pekerja seks dan waria. "Di sini bebas, enggak ada razia," ujar M yang hidup sebagai PSK.

Indekos miliknya cukup mewah. Memiliki pendingin ruangan, kulkas lengkap dengan televisi. Di sana praktik prostitusi dengan modus pijat sering dilakukan.

Tarifnya Rp500 ribu. Tergantung deal di aplikasi. Bahkan banyak pramunikmat memasang tarif lebih tinggi mulai dari Rp800 ribu hingga Rp1 juta untuk short time.

Banyak penipuan

Sementara di Michat memang sengaja dipajang foto-foto seksi. Namun dari banyak foto tersebut ternyata bukan merupakan foto asli. Tujuannya hanya untuk menipu para lelaki hidung belang.

Modus penipuan dengan menggunakan e-money ritel modern. Penipu biasanya akan menawarkan pelanggan untuk bertemu di sebuah hotel. Namun ia meminta agar si pelanggan membeli jajanan dan minuman di ritel modern. Dari sana dia merayu pelanggan untuk terlebih dahulu mengisi saldo pada akun e-money milik penipu tersebut sesuai dengan tarif transaksi prostitusi yang disepakati.

Jika pelanggan lengah, maka dengan mudah masuk jebakan penipuan. Usai mengirim saldo, pelanggan akan datang ke hotel yang dijanjikan namun tidak ada yang ditemui di sana.

Seorang satpam salah satu hotel di Mataram yang enggan ditulis namanya mengatakan banyak sekali korban modus MiChat yang datang ke hotel tersebut namun tidak menemukan wanita yang janjian dengannya. Padahal dia sudah mengirim uang dalam saldo e-money milik si wanita tersebut.

"Banyak sekali korbannya. Kalau ada dari MiChat yang minta kirim ke saldo retail, itu dipastikan penipuan," kata dia.

"Nama hotel kami yang rusak gara-gara itu. Jadi terkesan hotel ini banyak buat orang kena tipu. Padahal korbannya ketipu dari MiChat," ujarnya.

Pemilik SPA Merasa Dirugikan

Seorang pengusaha pemilik sebuah jasa SPA di Lombok, sebut saja Budi, mengaku resah dengan praktik prostitusi online ini. Bukan saja lantaran pasar usahanya terganggu, tetapi juga kekhawatiran dampak sosial yang buruk ke depannya.

"Ya dari sisi bisnis jelas kita dirugikan, tamu kita banyak yang hilang. Tapi yang lebih mengkhawatirkan kan masalah lainnya, misalnya praktik begitu kan rawan penyebaran HIV/AIDS, tidak terkontrol," katanya.

Menurut Budi, pengusaha lainnya tentu akan bersuara sama karena mengantongi izin berusaha SPA tidak mudah. Mereka harus menyediakan tempat usaha yang memenuhi standar, menanggung retribusi dan pajak-pajak usaha untuk daerah. Mereka juga berkontribusi pada peluang lapangan kerja.

"Dan terapis kita juga terkontrol. No sex, no drug. Itu sudah aturan baku. Kalau pun ada yang nakal dan ketahuan melayani plus-plus ya kita keluarkan," kata Budi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya