Juru Bicara Menteri BUMN Jelaskan Alasan Banyak Jenis Vaksin COVID-19

Ilustrasi Vaksin COVID-19.
Sumber :
  • Dok. KPC-PEN

VIVA – Juru bicara Menteri BUMN Arya Sinulingga menjelaskan alasan ada beberapa jenis vaksin COVID-19 yang dipesan oleh pemerintah Indonesia. Dia menyebut, di antaranya vaksin buatan perusahaan biofarmasi asal China, Sinovac Biotech; vaksin buatan perusahaan farmasi Inggris, AstraZenenca; vaksin produksi Uni Emirat Arab.

mRNA: Vaksin Masa Depan dan Kunci Ketahanan Nasional?

Pertama-tama, kata Arya, pemerintah dipacu untuk memenuhi target untuk sedikitnya 60 persen populasi atau sekira 160 juta orang, sebagaimana disyaratkan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Persentase itu dibutuhkan untuk dapat memenuhi syarat mendapatkan kekebalan komunitas (herd imunity).

Karena vaksinasi memerlukan sedikitnya dua kali penyuntikan, maka dosis yang diperlukan atau harus dipenuhi oleh pemerintah Indonesia ialah 320 juta. Maka, katanya, pemerintah Indonesia, sebagaimana pemerintah negara lain, harus berusaha memesan dari banyak perusahaan pengembang vaksin.

Angka COVID-19 Naik Jelang Nataru, PAPDI Rekomendasikan Ada Vaksin Booster Lanjutan

Sinovac Biotech, misalnya, menurut Arya, menyanggupi memenuhi vaksin COVID-19 sebanyak 140 juta dosis. Kekurangannya didapatkan dari perusahaan pengembang lain seperti AstraZenenca dan Sinopharm.

“Jadi kita mengamankan dulu kebutuhan vaksin, di samping juga kita mengembangkan vaksin Merah Putih,” kata Arya dalam forum diskusi Indonesia Lawyers Club tvOne, Selasa, 27 Oktober 2020.

Vaksin COVID-19 Berbayar Setelah 31 Desember 2023

Negara-negara lain juga melakukan hal yang sama untuk mengamankan kebutuhan minimal vaksin COVID-19. Uni Eropa, misalnya, telah memesan 800 juta dosis dari Sinovac, Kanada 400 juta dosis.

Dia memahami, vaksin yang tidak diuji klinis di Indonesia, seperti halnya vaksin Sinovac, perlu dipertanyakan khasiatnya. Mengenai hal itu merupakan ranah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Yang pasti, pemerintah harus lebih dahulu mengamankan kebutuhan minimalnya terpenuhi. “Setelah itu kita lihat uji klinisnya,” katanya.

Baca: Dua Pelindung yang Tak Dapat Ditembus Virus Corona Penyebab COVID-19

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya