Ada La Nina dan Siklon Tropis, BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem

BMKG deteksi adanya siklon tropis Mangga di Samudera Hindia.
Sumber :
  • BMKG

VIVA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang terhadap berita-berita yang tidak benar terkait badai tropis yang dianggap sama dengan fenomena La Nina. Meski demikian, kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem harus tetap dilakukan. 

Ratusan Korban Banjir di Sulawesi Tenggara Mengungungsi Mandiri, Menurut BNPB

"Diharapkan tetap waspada dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak La Nina yaitu dengan ancaman banjir, banjir bandang, dan longsor akibat curah hujan ekstrem," kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, di Jakarta, Selasa 3 November 2020. 

Karena itu, ia meminta agar masyarakat bisa berpartisipasi dengan memperbaiki saluran air, meningkatkan kapasitas tampungan air dan memanen hujan. Serta, memangkas ranting pohon yang berlebih ataupun rapuh.

Holding PTPN Gelontorkan Bantuan Buat Korban Banjir Bandang Luwu

Baca juga: Apindo Ingatkan Kenaikan UMP 2021 Picu Gelombang PHK

Herizal juga meminta masyarakat agar perhatikan tingkat kekuatan papan reklame dan jembatan penyeberangan,. Selain itu, lebih perhatian pula terhadap perkembangan cuaca yang dinamis dan cepat.

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia: Bukan Gelombang Panas

Perlu dipahami masyarakat bahwa La Nina bukanlah jenis badai tropis. Bukan berupa pusat tekanan rendah dan pusaran angin yang menyebabkan curah hujan dan kecepatan angin ekstrem. 

"La Nina adalah kondisi penyimpangan (anomali) suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya, dan diikuti oleh penguatan aliran angin pasat timur," ujarnya. 

Herizal juga mengungkapkan bahwa La Nina terjadi dalam skala waktu beberapa bulan hingga tahun, dan memengaruhi cuaca/iklim global berupa kondisi lebih basah/kering. Lebih hangat/dingin dan dinamika cuaca lainnya yang berbeda di tiap wilayah di dunia. 

Sedangkan, badai atau siklon tropis adalah fenomena ekstrem gangguan cuaca dalam skala ratusan kilometer yang memiliki dampak bersifat regional. Baik dampak langsung maupun tidak langsung, dan berlangsung dalam beberapa hari.

Secara teoritis, badai atau siklon tropis umumnya hanya bisa berkembang dan menguat di wilayah tropis di luar 10 derajat lintang utara atau selatan.  Hal ini dikarenakan secara fisik pembentukan siklon dapat terjadi bila memenuhi syarat anomali.

"Gaya korioli di wilayah Indonesia umumnya bernilai kecil karena dekat dengan garis ekuator, sehingga relatif lebih kecil peluang terjadinya Siklon Tropis di Indonesia," kata Herizal. 

Kemudian, saat ini siklon tropis Goni yang telah berkembang menjadi siklon tropis kuat kategori 5 diwaspadai karena bisa memicu gelombang tinggi perairan, hujan lebat, dan angin kencang di sejumlah daerah di Indonesia, selain dampak langsung berupa bencana banjir, longsor dan angin kencang di Filipina. 

"Siklon tropis Goni terbentuk di Samudera Pasifik barat dan diprediksikan jalur lintasannya menuju Laut Cina Selatan hingga beberapa hari ke depan setelah melewati Filipina," katanya. 

Siklon tropis Goni merupakan Siklon tropis ke-3 yang berdampak signifikan bagi sejumlah negara-negara Asia Tenggara di sekitar Laut Cina Selatan setelah Siklon tropis Saudel dan Molave. Selama Oktober 2020, telah terjadi 7 siklon di Samudera Pasifik Barat dan Laut Cina Selatan. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya