Trauma Erupsi Merapi 2010, Warga Mulai Evakuasi Hewan Ternak

Seorang warga desa di Klaten, Jawa Tengah, mengevakuasi sapi ternaknya untuk dititipkan di tempat penitipan hewan komunal milik pemerintah menyusul peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi pada Selasa, 10 November 2020.
Sumber :
  • VIVA/Fajar Sodiq

VIVA – Sejumlah warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi memilih untuk menitipkan hewan ternaknya di penitipan hewan komunal. Mereka memilih menitipkan karena trauma dengan erupsi Merapi pada 2010 yang membunuh hewan-hewan ternak di sana.

Hari Ini, Tol Fungsional Jogja-Solo Bisa Dilintasi untuk Arus Balik Pemudik

"Waktu erupsi tahun 2010, empat ekor sapi mati semua karena tidak sempat dievakuasi," kata Diro Utomo, warga yang tinggal di Dusun Sambungrejo, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, saat ditemui pada Selasa, 10 November 2020.

Dia menitipkan hewan ternaknya, lima ekor sapi, di penitipan hewan ternak komunal milik Pemerintah Desa Balerante di Tegalweru. Dia ingin selamat tetapi tak ingin lagi kehilangan ternak-ternaknya yang berharga.

Top Trending: Ramalan Jayabaya hingga Anggota TNI dan Polri Tewas Diserang KKB Sepanjang 2024

Menurut Diro, tempat tinggalnya di Sambungrejo merupakan dusun yang letaknya paling atas dekat puncak Merapi. Dengan kondisi seperti itu, ia pun mengungkapkan warga lainnya juga ikut menitipkan hewan ternak di tempat penitipan ternak komunal itu.

"Sebagian warga sudah evakuasi ternak. Sedangkan yang belum masih menunggu kemantepan hati untuk mengevakuasi hewan ternaknya," ujarnya.

Merinding! Kisah Nyata Konser Ghaib di Kaki Gunung Merapi, Penonton Hening Tanpa Ekspresi

Warga lainnya yang ikut menitipkan hewan ternak adalah Wijiyono. Ia menitipkan hewan ternak sapi miliknya karena tempat tinggalnya masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) III tepatnya di Dusun Ngipiksari yang berjarak sekitar 5 kilometer dari puncak Merapi.

Selain itu, Wijiyono mengungkapkan alasan lain yang menjadi penyebab dititipkannya hewan ternak karena trauma saat letusan Gunung Merapi pada 2010. Luncuran awan panas dari puncak gunung itu menyebabkan semua hewan ternak miliknya mati.

"Dulu tujuh ekor sapinya mati semua terkena awan panas. Saya enggak sempat mengevakuasi sapinya. Gara-gara trauma itu sekarang sapi saya titipkan di penitipan ternak milik desa," tuturnya.

Menurut Kepala Urusan Perencanaan Desa Balerante, Jaenu, tempat evakuasi hewan ternak itu memang milik Pemerintah Desa Balerante yang diperuntukkan bagi penitipan hewan ternak milik pengungsi. Tempat penitipan hewan komunal ada sejak tahun 2010 untuk menampung hewan ternak milik para pengungsi.

"Tempat evakuasi hewan ternak atau penitipan hewan ternak komunal itu memiliki kapasitas sekitar 270 hingga 280 ekor ternak. Ini memang untuk menampung ternak milik pengungsi," katanya.

Peningkatan status Gunung Merapi menjadi siaga menyebabkan aparat mengumumkan kepada warga yan tinggal di KRB III untuk segera menitipkan hewan ternaknya di penampungan. "Tapi ini baru ada sekitar 14 hewan ternak yang dititipkan di penampungan hewan ternak," ujarnya. (art)

Baca: Merapi Siaga, Ganjar Bakal Dirikan Pengungsian ala Jepang

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya