Anies Baca How Democracies Die, Firli Baca Nations Fail pada 2002

Gubernur DKI Anies Baswedan baca buku How Democracies Die
Sumber :
  • Twitter @aniesbaswedan

VIVA – Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri, ikut menyindir Gubernur
DKI Anies Baswedan yang lagi membaca buku ‘How Democracies Die’ saat menikmati akhir pekan pada Minggu, 22 November 2020.

Polisi Mandek Proses Kasus Pemerasan SYL, di Mana Firli Bahuri Sekarang?

Dilansir dari resensi yang diterbitkan The Guardian, buku yang dibaca Anies berjudul ‘How Democracies Die’ setebal 320 halaman dan diterbitkan pada 16 Januari 2018. Sementara review di Goodreads juga menuliskan buku ini 16 Januari 2018 oleh Crown Publishing Group (NY).

Namun kenapa Firli sudah pernah membacanya tahun 2002. “Kemarin saya lihat ada di media, Pak Anies membaca How Democracies Die. Sebelum itu, bukunya ada Why Nation Fail,  itu sudah lama saya baca, Pak. Tahun 2002 sudah saya baca buku itu. Kalau ada yang baru baca sekarang, kayak baru bahwa itu udah lama," kata Firli dalam acara Serah Terima Barang Rampasan dari KPK pada Selasa, 24 November 2020.

Arti dan Peran Amicus Curiae yang Diajukan Megawati dan Habib Rizieq ke MK

Sebelumnya Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sempat memamerkan aktivitasnya saat libur akhir pekan yakni membaca buku. Anies mengunggah foto lagi baca buku pada Minggu, 22 November 2020.

Terlihat, Anies sedang duduk santai memakai sarung songket, baju putih lengan pendek sambil membaca buku yang berjudul ‘How Democracies Die’ karya Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt.

Perolehan Suaranya 58,6 Persen, Prabowo Subianto: Itu Hasil Demokrasi dan Perjuangan

Anies pun tidak banyak menuliskan status saat membaca buku tersebut, hanya menyapa warganet saja untuk menikmati akhir pekannya. “Selamat pagi semua. Selamat menikmati Minggu pagi,” kata Anies dikutip dari Twitter pada Senin, 23 November 2020.

Postingan Anies menimbulkan berbagai macam komentar dari netizen, ada yang mendukung tapi tak terlepas juga celaan. Selain itu, Anies pun disodorkan buku sebagai rekomendasi untuk dibaca juga.

Dilansir dari google books, buku berjudul ‘How Democracie Die’ yang dibaca Anies itu mengulas tentang demokrasi bisa mati yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia setebal 288 halaman dan diterbitkan tahun 2019.

Berikut ulasan singkat buku How Democracies Die yang dibaca Anies Baswedan:

Demokrasi bisa mati karena kudeta atau mati pelan-pelan. Kematian itu bisa tak disadari ketika terjadi selangkah demi selangkah dengan terpilihnya pemimpin otoriter, disalahgunakannya kekuasaan pemerintah, dan penindasan total atas oposisi. 

Ketiga langkah itu sedang terjadi di seluruh dunia dan kita semua mesti mengerti bagaimana cara menghentikannya. 

Dalam buku ini, dua profesor Harvard Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt menyampaikan pelajaran penuh wawasan dari sejarah untuk menerangkan kerusakan rezim selama abad ke-20 dan ke-21. Mereka menunjukkan bahayanya pemimpin otoriter ketika menghadapi krisis besar. 

Berdasarkan riset bertahun-tahun, keduanya menyajikan pemahaman mendalam mengenai mengapa dan bagaimana demokrasi mati; suatu analisis pemicu kewaspadaan mengenai bagaimana demokrasi didesak; dan pedoman untuk memelihara dan memperbaiki demokrasi yang terancam, bagi pemerintah, partai politik, dan individu. 

Sejarah tak berulang. Namun kita bisa melindungi demokrasi kita dengan belajar dari sejarah, sebelum terlambat.(ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya