PMI Jayapura Kehabisan Reagen, Layanan Darah Tutup Satu Minggu

Ilustrasi donor darah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yusran Uccang

VIVA – Pelayanan donor darah di saat pandemi COVID-19 pada Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Jayapura, Papua, terpaksa ditutup selama satu minggu karena kehabisan persediaan reagen antisera.

Polisi Gagalkan Penyeludupan Puluhan PMI Ilegal di Perairan Sumut saat Menuju Malaysia

Dampak itu dirasakan langsung oleh masyarakat yang membutuhkan darah, ketika menjalani perawatan di rumah sakit setempat.

Penanggungjawab UTD PMI Kabupaten Jayapura, Hamdan mengatakan, kekosongan reagen antisera sebelumnya sudah disampaikan kepada Ketua PMI Kabupaten Jayapura, namun tidak ada tindak lanjutnya.

Barang Kiriman TKI Bebas Pajak Bakal Naik Jadi Maksimal US$2.800 per Tahun

“Reagen antisera ini untuk menentukan golongan darah. Jadi kita terpaksa minta bantuan dari Sorong, Papua Barat untuk mengatasi permintaan darah. Jadi kemarin pun kami tutup karena tidak ada reagen,” katanya.

Baca juga: Mendag Ungkap Harga Bahan Pokok yang Potensi Naik Jelang Natal

Pemerintah Resmi Cabut Aturan Pembatasan Barang Kiriman Pekerja Migran 

Ia menjelaskan, ketika seorang pasien masuk melakukan donor darah harus ada antisera untuk menentukan golongan darah. “Jadi kami di PMI itu, tiga kali melakukan periksaan mulai tahap awal sampai distribusi darah,” lanjutnya.

Untuk saat ini, kata dia, PMI Kabupaten Jayapura tidak melakukan kegiatan donor darah karena tidak ada persediaan antisera tersebut. Bahkan Kantor UTD PMI ini, sudah tutup satu minggu.

“Jadi pasien yang datang dari rumah sakit Yowari minta darah kita alihkan ke PMI provinsi. Kita kasihan lihat pasien harus ke provinsi kalau dia mampu biaya ke sana, karena PMI ini kan untuk kemanusiaan,” ujarnya.

Menurut Hamdan, persediaan darah saat ini di PMI Kabupaten Jayapura tidak sampai untuk kebutuhan dua minggu ke depan. Karena jumlah volume permintaan darah di wilayah itu meningkat, dimana satu pasien membutuhkan empat kantong darah.

“Kita tidak bisa beli reagen karena tidak ada dana. Padahal  harganya tidak terlalu mahal, hanya Rp100 ribu,” lanjutnya.

Hamdan mengutarakan, jumlah pasien yang membutuhkan darah setiap hari bertambah. Dimana dalam satu bulan PMI bisa lakukan 10 kali kegiatan donor darah.

Ia berharap kepada pemerintah Kabupaten Jayapura, agar memperhatikan PMI karena pelayanan yang diberikan adalah untuk membantu masyarakat yang membutuhkan darah.

“Kami di sini bekerja dengan hati, tidak memikirkan uang tetapi kita lihat kemanusiaan,” katanya.

Sementara itu, Ketua PMI Kabupaten Jayapura yang juga Wakil Bupati Jayapura, Giri Wijayantoro menyatakan, meski terjadi kekosongan reagen hingga saat ini, namun masih ada persediaan darah di PMI.

“Ya dari laporan, ketersediaan darah di PMI kami masih mencukupi dalam waktu dua minggu ke depan,” katanya.

Menurut Giri, permintaan darah di PMI di masa pandemi COVID-19 mengalami penurunan hingga 20 persen. Namun masalah persediaan reagen ini akan segera diatasi dengan melakukan koordinasi bersama pemerintah setempat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya