Kesaksian Eks Pentolan OPM, Papua Merdeka Politik Adu Domba Belanda

Puluhan warga Papua menggelar aksi menolak petisi kemerdekaan Papua di perbatasan RI-Papua Nugini, sekira 200 meter dari Markas OPM Viktoria, pada Jumat, 27 Januari 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Banjir Ambarita

VIVA – Isu Papua Merdeka kembali hangat setelah tanggal 1 Desember 2020 kemarin, ditandai Organisasi Papua Merdeka (OPM) sebagai hari ulang tahun separatis bersenjata tersebut. Nah tentu menarik untuk kembali mengungkap lembaran sejarah yang mungkin masih banyak yang belum mengetahuinya.

Panglima TNI Putuskan untuk Mengubah Sebutan KKB Menjadi OPM

Salah satu pengakuan mengejutkan pernah dibuat Nicholas Messet yang pernah menjadi petinggi OPM sebelum akhirnya menyadari bahwa jalan yang ditempuhnya tidaklah benar. Dalam pengakuannya beberapa tahun silam, Messet membeberkan bahwa isu Papua merdeka adalah bentuk politik pecah belah Belanda.

Menurut Messet yang selama 40 tahun sempat getol berkampanye untuk kemerdekaan Papua, ternyata isu memerdekakan pulau paling timur di Indonesia tersebut merupakan imbas politik licik penjajah Belanda. Menurut Messet, jawaban itu didapatnya lewat kesaksian almarhum Nicolaas Jouwe, orang tertinggi OPM yang juga dikenal sebagai pencetus bendera Bintang Kejora. 

Sosok Matias Gobay, Dalang OPM atas Penembakan Keji Danramil Aradide

Menurut Messet, untuk menghalangi kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1947-1948, Belanda melakukan politik adu domba. Politik pecah belah Belanda itu dilakukan dengan menciptakan 7 negara boneka Indonesia dan memberikan bendera dan lagu kebangsaan pada masing-masing negara boneka tersebut. Termasuk Papua tentunya.

Masih menurut Messet, strategi pemberian kemerdekaan palsu tersebut memang ditujukan Belanda untuk menghalangi Papua bergabung dengan Indonesia pada 1 Desember 1961 silam.

Panglima TNI Geram Danramil Ditembak OPM, Iran Punya Hak Balas Dendam ke Israel

"Jadi pada saat pengibaran bendera pada 1 Desember 1961 saya sendiri menghadiri upacara tersebut. Saat itu usia saya masih 15 tahun, 59 tahun yang lalu. Tak banyak yang hadir saat itu," kata Messet seperti yang dikabarkan @infokomando.

Padahal, lanjut Messet, Papua sendiri saat itu statusnya sudah merdeka di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lewat proklamasi 17 Agustus 1945. 

"Mengapa saya katakan demikian? Karena pada tanggal 24 Agustus 1828, Pemerintah Belanda atau kolonial Belanda menyatakan bahwa tanah Papua menjadi bagian dari Hindia Belanda (Indonesia) yang memang menjadi jajahan Belanda," kata Messet.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya