Waspada Long COVID-19, Begini Gejalanya

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto
Sumber :
  • Youtube BNPB

VIVA – Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto menjelaskan bahwa long COVID-19 ini diartikan suatu kondisi gejala-gejala yang muncul pada pasien yang sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19 berdasarkan hasil swab-nya yang sudah negatif.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

“Nah, gejala itu muncul bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan hingga menetap. Nah, itu yang disebut sebagai long COVID-19,” kata Agus dalam acara diskusi “Mewaspadai Efek Jangka Panjang COVID-19” melalui siaran kanal YouTube BNPB di Jakarta, Kamis, 3 Desember 2020.

Gejalanya, menurut dia, bervariasi dari yang paling banyak adalah chronic COVID-19 syndrome itu gejala kelelahan kronik. Kemudian gejala sesak napas, napas berat termasuk juga gejala berdebar-debar terkait dengan jantung. Nyeri sendi, nyeri otot, termasuk juga ada gangguan psikologis. Termasuk depresi pasca-COVID-19 itu termasuk beberapa kriteria yang masuk dalam long COVID-19 itu.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

“Sebenarnya kalau kita bicara long COVID-19 ini bukan karena virus yang tersisa. Tapi memang kalau kita sering menyebutnya sekuele artinya gejala sisa yang muncul pascadinyatakan sembuh dan ini bisa terjadi akibat proses ketika sakit menimbulkan kelainan yang menetap secara anatomik yang akhirnya memengaruhi secara fungsional,” katanya.

Contohnya, kalau ia sebagai dokter paru adalah sering ditemukan pada pasien long COVID-19 ini adalah parunya itu ada fibrosis atau ada kekakuan pada jaringan paru yang sifatnya menetap dalam dua tiga bulan.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

“Nah, fibrosis ini menyebabkan oksigen tidak bisa masuk akibatnya pasien keluhannya napasnya berat, napasnya sesak dan itu bisa dilihat dari tes uji fungsi parunya,” ujarnya.

Beberapa pasien ia temukan beberapa laporan antara 20 sampai 30 persen terjadi penurunan fungsi paru. Akibatnya ini berdampak pada keluhan pernapasan, pasiennya mengeluh menjadi sesak napas.

“Jadi masalah long COVID-19 tidak terkait pada virus yang masih ada tetapi terkait dengan dampak akibat kelainan anatomi yang muncul pascainfeksi dari COVID-19 yang sudah dinyatakan sembuh,” kata ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI RS Persahabatan itu.

Seperti diketahui, jumlah kasus COVID-19 saat ini masih tinggi. Untuk itu, cara yang paling efektif dilakukan untuk mencegah penularan yaitu dengan mematuhi protokol kesehatan dan selalu melakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan jauhi kerumunan serta Mencuci Tangan Pakai Sabun.

#ingatpesanibu
#satgascovid19
#pakaimasker
#cucitanganpakaisabun
#jagajarak

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya