Survei: Warga yang Tidak Takut Tertular COVID-19 Bertambah

Ilustrasi tes COVID-19.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Hasil survei nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan bahwa sekitar 28 persen warga tidak takut tertular COVID-19. Sedangkan warga yang takut yakni sekitar 71 persen.

Menurut Manajer Kebijakan Publik SMRC, Tati Wardi, persentase warga yang tidak takut tertular COVID-19 menunjukkan peningkatan dibandingkan survei 7-10 Oktober 2020 lalu.

"Ketika itu persentase yang tidak takut baru 16 persen, sementara sekarang meningkat menjadi 28 persen," kata Tati dalam paparan lewat konferensi video, Selasa 22 Desember 2020.

Kemudian sebaliknya, proporsi warga yang takut tertular COVID-19 mengalami penurunan dari 84 persen pada survei 7-10 Oktober 2020 menjadi 71 persen dalam survei 16-19 Desember 2020 ini.

Menurut Tati, kecenderungan kekhawatiran pada COVID-19 ini pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kesediaan mengikuti vaksinasi COVID-19 dari pemerintah.

"Dengan kata lain, semakin tinggi keyakinan warga bahwa mereka tidak akan tertular, semakin rendah keinginan mereka untuk bersedia divaksinasi," terang Tati.

Penurunan proporsi warga yang merasa takut tertular COVID-19 ini konsisten dengan penurunan tingkat keyakinan publik tentang jumlah kasus yang terinfeksi virus corona.

Pada awal Oktober 2020 sekitar 82 persen warga yakin bahwa jumlah kasus positif COVID-19 semakin banyak. Namun proporsi tersebut menurun menjadi 65 persen dalam survei terakhir (16-19 Desember 2020).

Survei LSI: Tingkat Kepuasan Publik pada Jokowi Naik 76,2 Persen

Survei nasional SMRC dilakukan pada 16-19 Desember 2020 melalui wawancara per telepon kepada 1202 responden yang dipilih secara acak atau random. Margin of error survei diperkirakan +/-2.9 persen. (ren)

Baca juga: Wisma Atlet Kemayoran Kini Hanya Terima Pasien COVID-19 Bergejala

Survei LSI: Kepercayaan Publik terhadap Kejaksaan Naik Jadi 74 Persen
Vape atau rokok elektrik.

Fakta, Produk Tembakau yang Dipanaskan Minim Digunakan Remaja di Negara-Negara Maju

Produk tembakau yang dipanaskan rupanya minim digunakan para remaja di sejumlah negara maju seperti Jepang, Jerman, Denmark, Belanda, Inggris, Amerika Serikat dan Kanada.

img_title
VIVA.co.id
22 April 2024