Logo DW

Mengenal 'Hantu Baru' yang Bernama Anarko-Sindikalisme

Antara Foto/Basri Marzuki/Reuters
Antara Foto/Basri Marzuki/Reuters
Sumber :
  • dw

Berbagai sudut Kota Bandung pernah diramaikan oleh spanduk berisi pernyataan anti dan peringatan berbahaya tentang anarko-sindikalisme. Begitu banyaknya spanduk-spanduk itu, saya pikir jumlahnya dengan spanduk peringatan akan bahaya kelompok ISIS dan sang “musuh abadi” aparat negaraIndonesia: komunisme.

Seperti juga terhadap ISIS dan komunisme, tak ada penjelasan yang utuh dari aparat negara kenapa anarko-sindikalis dianggap berbahaya. Bahkan dengan serampangan, disamakan dengan definisi “anarkis” menurut pemerintah: kekacauan dan kerusuhan. Padahal anarkisme sendiri adalah teori filsafat politik-ekonomi yang memandang negara sebagai perangkat yang berbahaya bagi masyarakat, terutama kelas buruh.

Sedangkan anarko-sindikalisme adalah cabang dari anarkisme, yang berkonsentrasi kepada pergerakan buruh. Sindikalis merupakan kata Prancis yang berarti serikat buruh. Anarko-Sindikalis berpendapat, serikat buruh merupakan kekuatan yang potensial untuk menuju kepada revolusi sosial, menggantikan kapitalisme dan negara dengan tatanan masyarakat baru yang mandiri dan demokratis.

Pada tataran teori, tak ada yang berbahaya dari anarko-sindikalisme. Malah sebaliknya, paham ini bisa jadi sparring partner yang menarik bagi para pembela kapitalisme maupun komunisme. Melalui paham ini, apa yang sudah dimaknai secara mapan di kubu kiri dan kanan, dapat diuji kembali kebenarannya di level teori maupun praktik.

Banyak menarik perhatian kaum muda

Saya pikir, karena kemenarikannya itu, anarko-sindikalisme cukup banyak menarik perhatian generasi muda, terutama yang sudah jenuh dengan perdebatan antara sosialisme demokrat, kapitalisme, dan komunisme. Bagi mereka adalah sebuah tantangan berpikir, ketika ada teori yang menegaskan negara sebagai perangkat yang bisa membahayakan kemanusiaan.

Faktanya, dari mereka yang mempelajari anarko-sindikalisme memang melakukannya di tahapan praktik: membentuk serikat buruh dengan paham tersebut, dan juga membentuk komunitas-komunitas yang aktif berdiskusi dan juga melakukan aksi demonstrasi.