Kisah Pilu Sopir Ambulans Terpapar usai Antarkan Jenazah COVID-19

Direktur Head Office Cita Sehat Foundation Arif Taat Ujiyanto saat bercerita pengorbanan para pengemudi ambulans mengantarkan pasien maupun jenazah COVID-19 di Bandung, Kamis, 7 Januari 2021.
Sumber :
  • VIVA/Adi Suparman

VIVA – Masa pandemi COVID-19 memasuki periode 2021. Perjalanan pandemi dari awal 2020 menyisakan dampak psikologi bagi masyarakat, terutama pada tenaga kesehatan dari level teknis hingga pimpinan. Salah satu pekerja lapangan yang menyisakan kisah pilu dalam penanganan pandemi COVID-19 ialah sopir ambulans pengantar pasien maupun jenazah COVID-19.

Bubarkan Tawuran, 2 Polisi di Padang Malah Ditabrak Ambulans yang Sopirnya Positif Sabu

"Kalau beres mengantar pasti disterilisasi dan isolasi dulu dua minggu, itu menyisakan psikologis bagi teman-teman driver," kata Direktur Head Office Cita Sehat Foundation Arif Taat Ujiyanto saat bercerita pengorbanan para pengemudi ambulans mengantarkan pasien maupun jenazah COVID-19 di sela acara 'Public Ekspose 2021 Bersama Sehatkan Indonesia' di Bandung, Kamis, 7 Januari 2021.

Arif menerangkan, Cita Sehat yang merupakan lembaga swadaya masyarakat di bidang kesehatan mendapat kesempatan membantu dalam penanganan pandemi COVID-19. Salah satunya pengantaran ambulans. Terpaan psikologis dari awal pandemi menjadi tantangan para driver yang melayani pengantaran di 27 kabupaten/kota hingga terpapar COVID-19.

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Menurutnya, perasaan dilematis menjadi masalah setiap hari dalam menjalankan tugas pengantaran. Bahkan, para pengemudi dihadapkan dengan pilihan berat ketika alat pelindung diri belum lengkap saat awal-awal pandemi.

"Teman-teman di lapangan antara berat, tapi di satu sisi dampaknya. Akhirnya kita jebol juga, driver kita terpapar juga, ya, namanya pandemi ketika mengantarkan pasien, ada risiko di situ," ujarnya.

KPK Cecar Fadel Muhammad soal Dugaan Kasus Korupsi APD di Kemenkes RI

Dengan situasi tersebut, Arif memastikan menyelamatkan SDM menjadi prioritas. Meski dalam kondisi sulit, para sopir diwajibkan menjalani isolasi dan tes swab seusai menjalankan tugas pengantaran.

"Alhamdulillah tidak ada yang sampai meninggal, sampai dikarantina mandiri. Ketika kita belum memiliki APD yang lengkap kita sempat menolak untuk melayani pengantaran; setelah kita lengkapi kita bisa layani," ujarnya.

Arif menuturkan, semua daerah yang dilayani pengantaran memiliki cerita tersendiri hingga penolakan. Bandung merupakan daerah paling rutin terjadi penambahan kasus positif, menjadi kawasan yang penuh kejutan bagi para sopir ambulans.

"Bandung dramatis, ada jenazah COVID-19 dimakamkan di Cigadung. Pada waktu itu driver kita tidak tahu itu pasien COVID-19. Sepulang dari pengantaran langsung kita sterilisasi, driver tidak boleh masuk dua minggu. Itu kondisi [beban] psikologis bagi teman-teman di lapangan," katanya. (ase)

#ingatpesanibu
#satgascovid19
#pakaimasker
#cucitanganpakaisabun
#jagajarak

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya