DPR: Pemerintah Diminta Libatkan Epidemiolog Tangani COVID-19

Vaksin Covid-19, Penyuntikan Vaksin Covid-19 Untuk Tenaga Medis
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Anggota Komisi IX DPR RI M. Yahya Zaini menyebutkan kolaborasi pemerintah dengan epidemiolog dalam menyusun kebijakan pencegahan kasus COVID-19 akan berdampak positif memaksimalkan penanganan pandemi.

Badan Geologi: Potensi Tsunami Akibat Gunung Ruang Bisa Setinggi 25 Meter

Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI ini mendukung setiap ikhtiar untuk memperbaiki penanganan COVID-19, termasuk keterlibatan epidemiolog.

“Keterlibatan epidemiolog dalam merumuskan kebijakan penanganan COVID-19 merupakan langkah maju dan membawa optimisme," kata Yahya di Jakarta, Rabu, .
 
Selain epidemiolog, menurut Yahya, sebaiknya pemerintah juga melibatkan organisasi profesi kedokteran, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dalam menyusun kebijakan.

Biaya Hidup di Jakarta Makin Mahal, Pengamat: Pemudik Tidak Lagi Bawa Keluarga

 Selain aspek keilmuan, organisasi profesi punya sumber daya manusia yang terlibat langsung dalam penanganan COVID-19 di berbagai fasilitas kesehatan.
 
Yahya menjelaskan bahwa pelibatan epidemiolog jangan hanya sebatas dalam penyusunan kebijakan. Mereka harus hadir dalam pelaksanaan dan pengawasan.
 
Hal itu, kata dia, supaya kebijakan yang sudah disusun benar-benar bisa dilaksanakan, dipantau, serta dievaluasi.
 
"Guna mencari solusi jika ada masalah di lapangan. Misalnya, apakah pelaksanaan testing dan tracing secara epidemologi atau tidak," ucapnya.
 
Yahya mengatakan bahwa keterlibatan dan partisipasi semua pihak, para ahli, organisasi profesi, tokoh-tokoh masyarakat, dan tokoh agama sangat penting dalam penanganan pandemi ini.
 
Semua pihak bisa ambil bagian dalam setiap usaha mengurangi penyebaran COVID-19 sesuai dengan kemampuan masing-masing.
 
"Misalnya, dalam sosialisasi dan edukasi gerakan 3M dan vaksinasi, peran tokoh masyarakat, dan tokoh agama sangat penting," katanya.

 Menyinggung soal hasil survei menunjukkan bahwa masih ada sekitar 30 persen masyarakat yang menolak divaksin, Yahya menduga hal itu karena sosialisasi dan edukasi belum berjalan optimal.
 
"Bagaimana meyakinkan warga masyarakat supaya mau divaksin? Tokoh masyarakat dan tokoh agama harus dilibatkan, terutama di lapisan masyarakat bawah, apalagi untuk menangkal atau mengimbangi berita-berita hoaks di media sosial," ujarnya.
 
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo mengatakan bahwa kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang berjalan sejak bulan lalu tidak efektif menahan laju penambahan kasus positif COVID-19.
 
Menurut dia, mobilitas masyarakat masih tinggi sehingga di beberapa provinsi kasus COVID-19 tetap naik.
 
Jokowi meminta Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan untuk mengajak epidemiolog merancang kebijakan penanganan COVID-19.
 
Jubir Luhut Jodi Mahardi mengatakan bahwa pertemuan Luhut dengan epidemiolog akan dilakukan dalam waktu dekat. (ant)

BMKG 'Tak Berkedip Mata' Pantau Potensi Tsunami Imbas Erupsi Gunung Ruang
BMKG menemukan ketebalan tutupan es di Puncak Jaya, Papua, berkurang

BMKG Temukan Ketebalan Tutupan Es di Papua Berkurang 4 Meter

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melakukan pemantauan tutupan es atau gletser di Puncak Jaya pada 2009-2023.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024