Cara Unik Tugas Ratmono Pimpin RSD Wisma Atlet

Koordinator RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Mayjen TNI Tugas Ratmono
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Mayjen TNI Tugas Ratmono punya cara yang unik dalam membangun kesadaran agar tidak semakin banyak warga dan tenaga kesehatan yang tertular virus COVID-19.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

“Ancaman Covid tidak mengenal waktu dan kita tidak bisa mengawasi tiap orang selama 24 jam. Jadi hal terpenting adalah bagaimana mengajak secara konstruktif  sehingga muncul kesadaran tiap orang untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan. Cara soft power akan lebih efektif,” kata Tugas, Minggu 7 Februari 2021.

Menurut dia, kata-kata saja tak cukup. Guna menjaga semua berjalan dengan baik, RSDC Wisma Atlet membuat pedoman atau Standard Operating Procedure (SOP) yang berlaku bagi siapapun yang bekerja dan berada di RSDC Wisma Atlet Kemayoran.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Konsep jangan tertular dan jangan menulari menjadi dasar. Pasien Covid dilokalisir di tower-tower tertentu dan interaksi dengan lingkungan dibatasi garis merah berupa pagar. 
Selain pasien, hanya orang yang mengenakan pakaian hazmat (alat pelindung diri) lengkap yang diperkenankan masuk.

Shift kerja dibuat sedemikian rupa,  tiap nakes memiliki waktu yang cukup untuk istirahat. Usai bekerja 8 jam nonstop mereka memiliki waktu istirahat selama 32 jam.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Menurut dia, pekerjaan para nakes di RSDC Wisma Atlet sungguh berat. Makin berat, dengan pakaian hazmat yang tidak boleh kendor atau dilepas selama 8 jam bertugas. 

Agar tidak sedetikpun pakaian hazmat terbuka, mereka rela memilih menggunakan pembalut untuk menangani hajat buang air kecil atau buang air besar.

Belum lagi faktor bekerja di gedung tinggi. Untuk secepat mungkin melayani pasien, tak jarang nakes memilih menggunakan tangga. Bergerak sekian lama dengan tubuh tertutup, sungguh sebuah tantangan berat.

Usai melaksanakan tugas,  nakes mesti membersihan diri di ruang disposal. Intinya, lepas dari zona merah, mereka harus terbebas dari virus SARS-CoV-2.

Beratnya tugas dan risiko, membuat nakes diberi istirahat selama 32 jam untuk memulihkan diri. 
Saat masa istirahat mereka bisa melakukan berbagai kegiatan, termasuk olahraga seperti bulu tangkis, tenis meja, bola voli, ataupun gym kebugaran. Lintasan jogging track juga tersedia.

Dari sisi nutrisi dan vitamin, makanan diramu para ahli gizi dari dapur raksasa dan modern. Makanan didistribusikan berdasarkan Standar Operating Procedure yang telah ditetapkan.

Untuk memastikan keseluruhan Standard Operating Procedure dijalankan, Mayjen Tugas sesekali melakukan inspeksi mendadak ke berbagai sudut RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Ia menanyakan personel yang ditemui, kapan terakhir melakukan swab PCR.

Personel RSDC Wisma Atlet Kemayoran memang diwajibkan rutin melakukan test swab PCR. Tujuannya jelas, untuk menerapkan konsep jangan tertular dan jangan menulari. Siapapun yang terinfeksi harus secepat mungkin menjalani isolasi agar segera pulih dan tidak menulari yang lain.

Dalam sidaknya, Mayjen Tugas selalu mengamati pintu dan pagar pembatas zona merah apakah dijaga secara ketat atau tidak. Jika masih ada celah, ia menginstruksikan petugas untuk menutup atau membuat pintu.

Mayjen Tugas tak ingin, siapapun melanggar aturan dengan keluar masuk zona merah tanpa prosedur keamanan klinis. Penataan bangku duduk di sudut-sudut  RSDC Wisma Atlet Kemayoran tak lepas dari pengamatannya. Ia mengingatkan aturan jaga jarak harus benar-benar diterapkan.

Inspeksi mendadak tak hanya dilakukan di zona hijau, Mayjen Tugas sesekali melakukannya di zona merah dengan mendatangi ruang-ruang perawatan. Tentu ia mengenakan pakaian hazmat lengkap sebagai prosedur klinis.

Konsep soft power bukan saja diarahkan untuk insan RSDC Wisma Atlet Kemayoran yang berada di bawah bimbingannya, Mayjen Tugas dikenal sangat hati-hati dalam memberikan statemen. Ia selalu memikirkan pilihan kata-kata untuk mendorong suasana konstruktif.

Menurutnya, masyarakat tengah berada dalam situasi kurang kondusif mengingat pandemi Covid-19 berdampak langsung pada kehidupan sosial ekonomi. Sebuah pernyataan jika disampaikan kurang hati-hati, bisa berujung pada penolakan.

Ketika sempat muncul nada-nada pesimis dari sebagian kalangan saat kasus Covid kembali melonjak, ia tidak ikut-ikutan. Mayjen Tugas tetap menyuarakan nada optimis di setiap kesempatan.

“Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet siap dan sanggup merawat pasien Covid-19,” katanya dalam sebuah jumpa pers yang diikuti para pejabat di pertengahan November 2021 saat grafik Covid kembali melonjak.

Mayjen Tugas memang selalu ingin membawa suasana sejuk dalam setiap kesempatan. Baginya dengan suasana kondusif, akan muncul kesadaran dari setiap insan untuk turut berbuat optimal dalam penanganan Covid-19.

Dalam gambaran besar Mayjen Tugas, paska Covid-19, masyarakat negeri ini akan memiliki perilaku disiplin kolektif yang muncul dari kebiasaan penanganan Covid-19. 

Harapannya, terlahirlah sebuah peradaban baru, lebih disiplin, bersih, kompak, dan konstruktif. Visi misi besar Mayjen Tugas tersebut setidaknya sudah berhasil dijalankan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran. 

Jumlah kasus COVID-19 saat ini masih tinggi. Untuk itu, cara yang paling efektif dilakukan untuk mencegah penularan yaitu dengan mematuhi protokol kesehatan dan selalu melakukan 3M: Memakai masker, Menjaga jarak dan jauhi kerumunan serta Mencuci tangan pakai sabun. 

#ingatpesanibu
#satgascovid19
#pakaimasker
#cucitanganpakaisabun
#jagajarak

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya