Pesan Mengena Menag Yaqut di Perayaan Imlek Nasional

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas
Sumber :
  • YouTube Matakin

VIVA – Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, hari raya Imlek adalah momentum tepat untuk melakukan refleksi, evaluasi dan transformasi diri menuju pribadi yang unggul dan berkualitas baik dari sisi kesalehan personal maupun sosial.

Penghulu dan Penyuluh Dilibatkan Sebagai Aktor Resolusi Konflik Berdimensi Agama

Dia menyebutkan bangsa Indonesia yang beragam dan majemuk, kayak akan keragaman etnis, budaya dan agama yang memerlukan ikatan persatuan yang kokoh dalam keragaman.

"Diperlukan persatuan yang kuat. Dengan demikian, kita mudah bersama mambangun Indonesia maju. Menciptakan Indonesia maju tidak hanya dar elemen bangsa tertentu tapi butuh peranan semua agama, suku, bangsa, salah satunya dari teman-teman Khonghucu dan Tionghoa," kata Yaqut dalam perayaan Imlek yang digelar secara virtual di YouTube Matakin Pusat, Minggu 14 Februari 2021.

Deretan Negara Ini Ternyata Tidak Miliki Masjid, Ada Negara Tak Terduga!

Tema perayaan Imlek Nasional 2021 ini yakni "Bahaya yang datang oleh ujian Tian Tuhan yang Maha Esa dapat dihindari, tetapi bahaya yang dibuat sendiri tidak dapat dihindari". Menurut Menag, tema yang terdapat dalam kitab suci agama Khonghucu ini sangat relevan dengan kondisi pandemi COVID-19 yang sedang terjadi.

Tahun 2021 juga menjadi tahun ke-22 bagi umat Khonghucu dan masyarakat Tionghoa dapat merayakan Tahun Baru Imlek secara nasional. Kenyataan ini, kata Menag, patut disyukuri sebagai wujud dari kepedulian negara dan pemerintah, dan terjalinnya hubungan harmonis sesama warga.

Terinspirasi dari Keluarga Temannya, Mantan Pemain Real Madrid Masuk Islam

"Kenyataan ini menunjukkan makin kokohnya kebersamaan kita sebagai bangsa majemuk. Persaudaraan kita sebagai sebuah bangsa tidak boleh terganggu, apalagi sampai tercerai berai hanya karena perbedaan etnis dan agama yang kita yakini," kata dia.

Yaqut menegaskan, agama dan negara saling membutuhkan dan mengokohkan, untuk mewujudkan peradaban sebuah bangsa. Selain itu penguatan identitas keagamaan dan kebangsaan juga tidak boleh dipisahkan, apalagi dipertentangkan.

"Konsep itu harus diletakkan dalam 'satu kotak' untuk melahirkan moderasi beragama dan bernegara, kesalehan beragama dan loyalitas bernegara harus saling mendukung satu sama lain," ungkap Menag.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya