Intelektual Muhammdiyah: Din Syamsuddin Pengusung Islam Tengahan

Mantan Ketua Umum MUI, Din Syamsuddin.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA – Tokoh Intelektual Muhammadiyah, Desvian Bandarsyah turut berkomentar terhadap cap radikal yang diberikan Gerakan Anti Radikalisme ITB atau GAR ITB ke Mantan Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin. Menurut Desvian, tuduhan radikal terhadap Din Syamsuddin itu tidak berdasar.

Dedie Rachim Kabarkan Idul Fitri Tingkat Kota Bogor Digelar Bersamaan 10 April

Menurut Desvian, sosok Din saat ini sangat lekat dengan organisasi Muhammadiyah karena pernah menjabat dua periode sebagai Ketua Umum Muhammadiyah. Sehingga dengan begitu, orang tidak bisa melihat Din tanpa menghubungkannya dengan Muhammadiyah.

"Din Syamsudin itu salah satu tokoh moderat. Dalam pemikiran-pemikiran keislamannya, Dia mengusung gagasan-gagasan Islam tengahan yang sebenarnya sangat cocok dengan kultur keindonesiaan kita yang lebih cenderung toleran. Lebih cenderung menghargai dan terbuka dari sisi keagamaan," kata Desvian saat dihubungi VIVA, dikutip Senin, 15 Februari 2021.

Pakar Dukung BNPT Tangkal Konten Radikalisme: Butuh Keterlibatan Banyak Pihak

Din memang belakangan dikenal sebagai sosok yang kerap melontarkan kritik terhadap Pemerintahan, namun kritik Din masih bersifat positif dan membangun. Namun dalam tudingan GAR ini, kata Desvian, GAR ITB, tidak bisa membedakan bahwa dalam budaya Demokrasi, kritik terhadap penyelenggara itu justru diperlukan sebagai bentuk kontrol kepada penyelenggara negara.

Desvian menduga cap radikal terhadap Din Syamsuddin tak lepas dari pandangan atau posisi politik yang pasca Pilpres 2019, dimana tensi politik tanah air meningkat tajam. Kelompok yang mengecap Din Syamsuddin sebagai sosok radikal dapat dipastikan tidak melihat dengan pandangan yang jernih terkait komentar ataupun kritikam Din Syamsuddin.

6 Perguruan Pencak Silat Indonesia Tersebar di Dunia, Ada Muhammadiyah

"GAR tidak bisa membedakan bahwa dalam kultur demokrasi, dalam iklim demokrasi, dalam sistem demokrasi, kritik terhadap penyelenggara kekuasaan itu penting. Walaupun kita tidak sepakat dengan kritikan terhadap penyelenggara kekuasaan, tetapi kita juga tidak bisa menuduh, menuding-nuding bahkan memfitnah orang seperti Pak Din dengan fitnah mengusung paham radikal membahayakan persatuan bangsa," ujarnya.

Tudingan GAR ini sangat banyak menuai penolakan dari berbagai macam kalangan, karena menurut Desvian, saat ini masyarakat Indonesia kenal siapa Din Syasuddin. Dalam melontarkan tudingan kepada Din, GAR dinilai hanya melihat pandangan Din secara sebagian tidak menyeluruh dan tudingan Radikal kepada Din adalah pernyataan yang tidak tepat.

"Masyarakat Indonesia saat ini masih waras dan penolakan terhadap tudingan GAR itu juga muncul menjadi suatu fenomena yang meluas disebabkan orang memahami posisi kultural, posisi spiritual, posisi politik dari pak Din itu. Dalam konteks ini GAR alumni ITB itu, tidak memahami posisi Pak Din dengan baik. Lalu sekadar mengambil pernyataan-pernyataan Pak Din sejak era Pilpres yang memang Kompleks. Karena disitu ada banyak macam isu. Ada isu tentang terorisme, ada isu tentang macam-macam sampai yang terakhir kali isu tentang jilbab, itu diambil secara serampangan oleh GAR," ujarnya.

Baca juga: KASN Tidak Proses Laporan GAR ITB Terhadap Din Syamsuddin

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya