Vaksinasi Tahap II Dimulai, Menkes Sebut Butuh 76 Juta Dosis Vaksin

Menkes Budi Gunadi Sadikin
Sumber :
  • Youtube/Sekretariat Presiden

VIVA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pemerintah terus fokus pada pencegahan penularan COVID-19. Sebab, apabila sudah masuk rumah sakit, biaya penanganannya akan lebih mahal.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Hal tersebut, kata Budi, sesuai dengan instruksi Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto. Penanggulangan COVID harus dilakukan di sisi hulu bukan di hilir.

"Pasti akan lebih murah membeli vitamin C dan vitamin D dibandingkan beli remdesivir yang ada di rumah sakit. Jadi Bapak Menko mengarahkan kepada kami agar mengedepankan di sisi pencegahan," kata Budi dalam konferensi pers virtual, Sabtu, 20 Februari 2021.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Baca: Jeritan Nakes di Pariaman, 7 Bulan Insentif COVID-19 Belum Dibayar

Yang pertama yang dilakukan adalah mengubah perilaku masyarakat dengan membatasi mobilitas masyarakat. Kedua, mendiagnosis yaitu strategi tracing, testing isolasi selanjutnya juga dengan strategi vaksinasi.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

"Alhamdulillah kalau dari sisi vaksinasi kami laporkan minggu ini kami mulai masuk ke tahap kedua, yaitu tahap lansia dan tenaga kerja publik," kata Budi.

Menurutnya, akan ada sebanyak 38 juta peserta yang akan divaksin pada tahap kedua ini. Vaksin tahap dua ini akan dilakukan sampai dengan akhir Juni 2021.

"Akan segera kita mulai vaksinasi sebanyak 38 juta peserta sampai dengan akhir Juni. Membutuhkan sekitar 76 juta dosis vaksin. Kemudian dari sisi diagnosis, kami diminta oleh Pak Menko untuk segera menjalankan tracing, testing, dan isolasi," ujarnya.

Budi juga melaporkan dari sisi testing, saat ini sistemnya sudah siap. Pengetesan rapid test antigen juga sudah didistribusikan.

“Kami harapkan bisa segera mulai di weekend ini training-training kepada Puskesmas juga sudah dilakukan agar semua tenaga Puskesmas yang memiliki rapid [test] antigen bisa melakukan testing dari suspect dan kontak erat dan diharapkan lebih banyak yang kita bisa identifikasi ini untuk mengurangi laju penularan dan juga menurunkan positivity rate," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya