Pakar Beberkan Metode Pengelolaan Garam Bermutu

Ilustrasi garam.
Sumber :
  • Pixabay/bykst

VIVA – Guru besar Teknik Kimia dari Universitas Indonesia (UI), Prof. Misri Gozan menyatakan bahwa ada metode pengolahan garam di Indonesia yang dapat menghasilkan garam untuk kebutuhan industri. Garam yang dihasilkan dengan mutu cukup tinggi dapat dilakukan dengan membuat meja garam atau tumpukan garam (salt crystal table).

Tren Investasi sektor Industri Terus Naik, Sinergi Kebijakan Instansi Pemerintah Jadi Sorotan

“Panen garam setelah lahan garam terbentuk tumpukan garam yang cukup tinggi, (penampakan) putih bersih,” ujarnya kepada media, Jumat, 19 Maret 2021.

Dia menambahkan pengelolaan garam yang baik dimulai dari perluasan lahan. Kemudian dengan penyediaan air baku (air tua) yang bersih untuk menghasilkan garam dengan kadar NaCl lebih dari 96 persen. “Dan dengan penggunaan lahan yang khusus untuk industri serta pemanenan diperlukan waktu yang cukup,” tambahnya.

HGBT Industri Genjot Penerimaan Negara hingga Investasi, Begini Penjelasanya

“Pilihan lokasi garam juga penting. Di Indonesia dengan kelembaban udara pada 50-90 persen. Makin tinggi angka kelembaban udara maka makin sulit melakukan penguapan air laut. Daerah terbaik utk tambak garam saat ini adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan humiditas sangat rendah dan waktu musim kering cukup panjang,” terangnya.

Dia menjelaskan mayoritas pengolahan lahan garam pada saat ini dilakukan secara tradisional dengan lahan yang sempit. Lahan tersebut digunakan bergantian dengan tambak udang/bandeng hingga sawah padi.

Bidik Pasar Global, 5 UMKM Kopi RI Mejeng di Amsterdam Coffee Festival 2024

Pada saat panen, para petani garam tidak sabar menunggu menuai garam yang masih kotor. Hal ini karena petani garam terdesak untuk pemenuhan uang untuk kebutuhan rumah tangga, karena umumnya petani garam menyewa lahan (hutang) dan sudah terikat ijon dengan pihak-pihak tertentu.

“DI sisi lain, sering pengijon tidak menghargai pula perbedaan garam baik dengan garam mutu rendah dengan kadar NaCl kurang dari 90 persen,” terangnya.

Lebih lanjut, ia menerangkan penggunaan geomembran oleh petani garam untuk meningkatkan suhu lahan sehingga mempercepat penguapan. Teknologi ini memerlukan modal yang besar bagi petani untuk membeli lembaran plastik khusus. Sehingga pentai garam enggan dengan metode ini karena tidak punya modal.

“Biasanya (geomembran) hanya bisa dipakai sekali musim karena robek dan tidak adanya tempat simpan geomembran karena lahan gharus digunakan untuk keperluan lain,” katanya.

Sementara itu CEO PT Garam, Achmad Ardianto mengatakan petani garam maupun PT Garam belum dapat menghasilkan garam secara konsisten untuk kebutuhan industri selain industri aneka pangan. Industri yang dimaksud adalah chlor alkali plant (CAP).

“Cara menghasilkan garam di lokal melalui pertanian melalui cara manual. Sedangkan garam impor dihasilkan dengan proses mekanisasi. Yakni industrialisasi penghasil garam, proses dengan mekanik, masa panen lebih panjang, sehingga mutu lebih konsisten,” ujarnya, Kamis 18 Maret 2021.

Baca juga: GAPMMI: Garam Lokal Belum Bisa Penuhi Kebutuhan Industri

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya