Mardani: Polemik Demokrat Jadi Pelajaran Partai Soal Kaderisasi

Mardani Ali Sera
Sumber :
  • Facebook.com/MardaniAliSera

VIVA – Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera, Mardani Ali Sera, angkat bicara mengenai polemik yang terjadi di Partai Demokrat. Menurutnya ini menjadi sebuah pelajaran dan jika tidak dikelola secara hati-hati, kekisruhan ini akan membahayakan demokrasi negeri ini. 

Amnesty International Sebut Pelanggaran HAM di RI Semakin Buruk, Aparat Paling Banyak Terlibat

Saat ini, situasi jelas tidak sesuai dengan semangat penguatan partai sebagai salah satu institusi terpenting dalam demokrasi. Dapat dikatakan demokrasi tanpa partai yang kuat, tanpa partai yang solid itu tidak berarti.

"Siapa saja yang kemudian memiliki tendensi untuk menghancurkan atau menggrogoti partai pada dasarnya orang yang anti demokrasi. Bisa dikategorikan sebagai elemen yang tidak memiliki kepribadian yang kuat terhadap demokrasi. Melihat partai hanya sekedar untuk mendapatkan kekuasaan," kata Mardani, Senin 22 Maret 2021

Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Anies Ungkit Pilpres 2024 Banyak Catatan

Menurut Mardani, adanya peristiwa kudeta ini karena proses kaderisasi di Partai tidak dilakukan. 

"Bagaimana kaderisasi itu betul-betul dinafikan. Ada seseorang yang tidak pernah melakukan kaderisasi justru ada di pucuk kepemimpinan. Sesuatu hal yang luar biasa dan sangat jarang terjadi di negara-negara demokrasi yang mapan," ujar Mardani.

Cari Titik Lemah Demokrasi RI, Cak Imin Masih Ingin Hak Angket Digulirkan

Mardani mengatakan, partai yang sehat merupakan partai yang terlembaga, dan sebisa mungkin harus terbebas dari kepentingan individu. Semakin partai mengedepankan aturan main, maka akan semakin modern dan ketika semakin modern Partai itu akan menjadi kokoh dalam membela demokrasi.

"Sebaliknya jika partai hanya menjadi alat kepentingan pribadi individu dan di mana sistem atau aturan main itu dikangkangi oleh kepentingan personal, maka selama itu pula partai itu akan menjadi partai yang kerdil dan tradisional. Tidak akan kokoh menjadi elemen pendukung demokrasi," ujar Mardani

Pelajaran lain dari fenomena kudeta ini, kata Mardani yakni mematikan semangat berorganisasi yang alamiah. Dalam suatu organisasi, sangat terbiasa adanya berkompetisi, ada yang kalah dan ada yang menang dan politik adalah seni untuk berkuasa, seni untuk memenangkan suatu pertarungan.

"Namun jika kemudian penyelesaiannya adalah dengan cara-cara seperti ini, tentu menyebabkan hakekat berorganisasi menjadi mati, hakekat belajar bertarung secara alamiah berdasarkan konstitusi menjadi bubar. Kudeta politik merupakan cara awam berpolitik dan itu berbahaya bagi demokrasi," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya