Studi Banding Desa di Aceh Tenggara Habiskan Dana Desa Rp9,7 Miliar

Gubernur Aceh Nova Iriansyah memukul rapai (gendang) ketika meluncurkan kalender pariwisata 2021 di Banda Aceh, Senin, 21 Maret 2021.
Sumber :
  • ANTARA/M Haris SA

VIVA – Kegiatan studi banding belajar pengembangan wisata sebanyak 650 orang aparat desa di Kabupaten Aceh Tenggara yang berkunjung ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Selasa, 23 Maret 2021, menghabiskan anggaran dana desa mencapai Rp9,75 miliar.

Banjir Bandang Terjang Pemandian Teroh-teroh Langkat, 1 Tewas dan 6 Luka-luka

“Kami berharap hasil yang dicapai dalam kunjungan belajar wisata ini, nantinya dapat mengembangkan seluruh potensi wisata yang ada di Kabupaten Aceh Tenggara,” kata Ketua Asosiasi Pemerintah Desa (Apdesi) Kabupaten Aceh Tenggara Nawi Sekedang.

Menurut dia, masing-masing aparat desa yang ikut dalam kegiatan program pengembangan wisata itu mencapai Rp15 juta per orang atau Rp30 juta per desa, dengan jumlah peserta yang ikut sebanyak dua orang per desa terdiri dari satu orang kepala desa dan satu orang unsur Badan Pengawasan Kampung (BPK).

Mudik Lebaran 2024 Dinilai Beri Dampak Positif untuk Perekonomian Indonesia

Nawi Sekedang menambahkan, selama ini seluruh desa di Kabupaten Aceh Tenggara terdapat banyak potensi wisata alam yang belum digarap secara maksimal, guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah itu.

Di antaranya seperti wisata alam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), potensi wisata di sepanjang Sungai Alas, lahan pertanian, sawah, perkebunan serta potensi sumber daya alam lainnya.

Selebgram Meli Joker Bunuh Diri, Pemuda Indonesia Disebut Rentan Alami Gangguan Mental

Dengan adanya kunjungan belajar wisata itu, katanya, pihaknya berharap seluruh aparat desa di Aceh Tenggara nantinya sekembali dari Lombok agar dapat mengaplikasikannya di desa masing-masing.

Diharapkan pengembangan wisata di desa, nantinya dapat diterapkan guna meningkatkan potensi wisata di setiap desa, sebagai upaya untuk menambah pendapatan asli desa (PAD), serta sumber baru pengembangan ekonomi masyarakat, katanya.

Ia juga menjelaskan, total biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing peserta studi banding pengembangan wisata desa dari Aceh Tenggara itu masing-masing sebesar Rp15 juta per orang atau Rp30 juta per desa.

Biaya dari kegiatan, kata Nawi Sekedang, dilaksanakan sesuai dengan hasil musyawarah desa dan atas dasar kemauan dari seluruh aparat desa di Kabupaten Aceh Tenggara. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya