Innalillahi, Dokter Juru Damai Aceh, Ambon dan Poso Meninggal

Karangan bunga turut berduka cita (foto ilustrasi)
Sumber :
  • vivanews/Andry Daud

VIVA – Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Dunia kedokteran Indonesia kembali diselimuti duka. Mantan ketua IDI Makassar dan ketua IDI wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, dr Farid Husain, meninggal dunia.

Prada Ardiansyah, Prajurit TNI yang Tersambar Petir Meninggal Dunia

Sosok yang ikut terlibat dalam perundingan damai saat konflik melanda Aceh dan Poso itu, menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Kota Makassar, Selasa, 23 Maret 2021. Almarhum wafat di usia 71 tahun.

Wakil Presiden RI 2004-2009 dan 2014-2019 Jusuf Kalla, melalui akun instagramnya @jusufkalla memposting kabar duka tersebut.

Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri, Rumah Sakit di Indonesia Kini Dibuat Layaknya Hotel Bintang 5

Baca juga: Warga Takalar Sulsel Meninggal Setelah Jalani Vaksinasi COVID-19

"Dokter Farid, seorang tokoh perdamaian yang ikut berperan aktif dalam penyelesaian konflik Poso, Ambon dan Aceh. Jasanya sangat besar kepada bangsa dan negara.” tulis JK, dikutip VIVA, Selasa 23 Maret 2021.

Jokowi Datang Melayat ke Mooryati Soedibyo, Ikut Salat Jenazah

IDI Makassar pun merasa kehilangan dengan meninggalnya almarhum. Mengingat sepak terjangnya semasa hidupnya yang cukup luar biasa.

“Sosok dr Farid menjadi sumber inspirasi bagaimana nilai pengabdian akan terus terkenang sepanjang masa sebagai dokter juru damai di Aceh dan Poso hingga Afganistan,” kata Ketua IDI Makassar, dr Siswanto Wahab.

Didampingi humasnya, dr Wahyudi Muchsin, ia menyatakan bahwa kepergian dr Farid Husain adalah termasuk kehilangan besar. Sebab hanya almarhum satu-satunya dokter yang tercatat rutin turut serta dalam agenda perundingan damai.

Selain itu, dr Siswanto tidak bosannya berpesannya kepada warga agar mewaspadai penularan COVID-19. Atas nama IDI Kota Makassar, ia  mengimbau masyarakat agar tetap waspada serta disiplin pakai masker, jaga jarak, cuci tangan. Termasuk menerima vaksin, sebab Makassar masih menjadi epicetrum untuk Provinsi Sulawesi Selatan.

“Kita bicara fakta di mana positive rate masih 18 persen di Indonesia. Artinya 10 orang dilakukan testing swab/PCR, maka akan ada 2 orang positif, sementara standar WHO hanya 5 persen. Sepekan terakhir, penambahan kasus baru konsisten berada di bawah angka 10 ribu,” terang dr Siswanto.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya