Ketua MPR soal Mabes Polri Diserang Teroris: Alarm Keras!

Ketua MPR Bambang Soesatyo di Gedung MPR, Jakarta, Jumat, 22 November 2019.
Sumber :
  • VIVAnews/ Lilis Khalisotussurur

VIVA – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo mengutuk sejumlah aksi teror di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir, termasuk teror yang menyerang Mabes Polri di Jakarta, Rabu, 31 Maret 2021.

8 Terduga Teroris Jaringan JI Ditangkap, Polisi Ungkap Ada yang Berperan Jadi Bendahara

Bamsoet, sapaan akrabnya, menilai, penyerangan terhadap Mabes Polri ibarat alarm keras agar seluruh pihak meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan kelompok teroris

Aparat kepolisian di berbagai daerah juga perlu meningkatkan kewaspadaan, khususnya dalam menjaga objek vital masyarakat. Kegiatan intelijen harus diperkuat.

Densus 88 Polri Tangkap 7 Terduga Teroris di Sulteng

"Polri, BIN, BAIS, dan berbagai aparat keamanan lainnya harus memperkuat kegiatan intelijennya, sehingga bisa mendeteksi dini kemungkinan terjadinya pergerakan teroris. Begitu pun dengan BNPT hingga TNI yang harus memaksimalkan perannya," katanya, Kamis 1 April.

Bamsoet mengingatkan, sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, tidak ada alasan lagi bagi aparat hukum untuk mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kewenangan cukup dalam penanggulangan terorisme seperti terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Kini sudah saatnya seluruh aparat untuk memaksimalkan pencegahan terorisme.

Dorong TNI Tindak Tegas OPM, Bamsoet: Negara Tidak akan Kalah dengan Kelompok Separatis

Dia juga mengimbau masyarakat untuk tidak menghubungkan pakaian khas agama yang digunakan penyerang Mabes Polri dengan agama tertentu. Maka tidak perlu ada stigma bahwa teroris berasal atau membawa salah satu agama.

"Walaupun penyerangan di Mabes Polri dilakukan oleh orang yang menggunakan pakaian khas muslim, bukan berarti penyerang mencerminkan kondisi penduduk muslim seutuhnya. Siapa pun dengan motif apapun bisa berada dibaliknya," kata Bamsoet.

Muslim Indonesia, katanya, adalah muslim yang rahmatan lil alamin yang mengedepankan nilai tasamuh (toleran), tawazun (seimbang/harmoni), tawassuth (moderat), dan ta'adul (keadilan). “Sikap si penyerang tersebut sangat jauh dari itu semua," ujarnya. 

Ttindakan teror bukan hanya menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan, katanya, melainkan juga kejahatan terhadap persatuan dan kedaulatan kebangsaan. 

Karenanya, dengan gotong royong seluruh kekuatan elemen bangsa, negara tidak boleh kalah oleh teroris. Bamsoet juga menambahkan, walaupun dalam beberapa hari ini di Indonesia sudah terjadi dua peristiwa teroris yang mencengangkan, seperti bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar dan penyerangan di Mabes Polri, masyarakat harus tetap tenang dan waspada. 

"Bangsa Indonesia sudah membuktikan selama ini bisa hidup rukun dan damai antar pemeluk agama. Yang kita lawan bukanlah sesama pemeluk agama, melainkan teroris sebagai orang yang tidak memiliki agama, yang tidak pantas hidup di bumi Indonesia," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya