Munarman Tuding Penguasa Giring Opini Bahwa FPI Pelaku Teror

Eks Sekretaris Umum FPI, Munarman.
Sumber :
  • VIVA/ Andrew Tito.

VIVA – Mantan Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI), Munarman menuding penguasa yang memiliki sumber daya untuk melakukan permainan mind control sedang mengendalikan alam pikiran rakyat. Salah satunya, rentetan aksi teror yang terjadi dengan mengaitkan ormas FPI.

Negara Ini Tuduh Iran sebagai Negara Teroris, Kok Bisa?

“Padahal, FPI sudah mereka bubarkan alias almarhum. FPI itu secara entitas keormasan sudah dibubarkan. Ada kekuatan-kekuatan tertentu yang menginginkan opini publik mengarah kepada FPI sebagai kelompok pelaku (teror),” kata Munarman kepada VIVA dikutip Selasa, 6 April 2021.

Menurut dia, operasi media cipta opini ini merupakan bagian dari rekonstruksi sosial yang dilakukan pihak-pihak tertentu dalam hal ini penguasa, untuk mengaburkan atau mendistorsi perhatian khalayak dari pengungkapan kasus penembakan 6 anggota Laskar FPI pada Desember 2020.

Misteri Prabu Jayabaya yang Belum Terpecahkan, Dipercaya Sebagai Jelmaan Dewa

“Ini untuk menggiring opini publik agar melupakan desakan menuntaskan pembunuhan 6 laskar FPI, defisit APBN yang mencapai 50 persen, dan operasi penyelamatan koruptor kroni penguasa, sehingga opini publik berusaha keras dialihkan dengan cara cara distruption. Ada interruption terhadap berbagai isu fundamental melalui disruption issue FPI, saya dan terorisme ini,” ujarnya.

Selain itu, Munarman mengatakan, rekonstruksi sosial yaitu membangun dan menciptakan realitas-realitas bikinan atau rekayasa untuk mengaburkan realitas yang sesungguhnya, yang pada gilirannya ditujukan untuk mengendalikan pikiran khayalak sesuai dengan apa yang dimaui oleh penguasa.

Mantan Teroris Poso Dukung Penuntasan Masalah Terorisme di Sulawesi Tengah

Rekonstruksi sosial dan hegemoni alam pikiran ini adalah modus operandi bagaimana kelompok penguasa menaklukkan rakyatnya supaya diikuti, mendapat persetujuan dari rakyatnya, pengendalian pikiran, mind control.

“Dengan dijejali informasi dan bombardir informasi yang sudah di-design oleh para propagandis, tujuan orang awam jadi sukarela mengikuti apa yang dimaui oleh si pemberi informasi. Apa yang dilakukan mereka bisa kita lihat dalam kerangka teori rekonstruksi dan teori hegemoni sosial,” jelas dia.

Kemudian, kata dia, bagaimana sebuah realitas sosial direkonstruksi dan di-design melalui berbagai rangkaian peristiwa yang berlanjut terus menerus, lalu dibuat narasinya seolah-olah itu nyata. Itu yang disebut rekonstruksi sosial di alam pikiran sekaligus upaya hegemoni terhadap orang orang awam.

“Bagaimana pihak-pihak yang berkuasa, supaya posisi dominannya tidak diganggu, otoritasnya tidak dipertanyakan, mereka coba menjinakkan alam pikiran rakyatnya. Alam pikiran itu bisa didesain dari seberapa banyak informasi yang diproduksi supaya orang tidak menjadi kritis. Dalam bahasa politik disebut propaganda, dalam bahasa ekonomi disebut advertising,” kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya