Hoax Bikin Warga Flores Timur NTT Panik dan Berlarian hingga Jatuh

Warga di Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT, memperlihatkan aplikasi BMKG yang mereka unduh dari aplikasi Android di ponsel, Kamis, 8 April 2021.
Sumber :
  • ANTARA/Andi Firdaus

VIVA – Masyarakat di pesisir Laut Selor, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengandalkan toa atau alat pelantang suara dari sejumlah tempat ibadah dan lonceng sebagai alat komunikasi saat terjadi bencana.

Sindir Heru Budi, Ketua DPRD: Siapapun Pj Gubernurnya Kalau Gak Radikal Ya Jakarta Tetap Banjir

"Kita tidak tahu yang namanya informasi prakiraan cuaca dari telepon genggam. Biasanya kalau yang Muslim ada pengumuman dari toa masjid. Kalau yang Nasrani membunyikan lonceng di gereja. Itu saja," kata warga Desa Lamahala, Adonara Timur, Hamid Atapuka (40 tahun), di Flores Timur, Kamis, 8 April 2021.

Desa Lamahala memiliki pelantang suara di Masjid Jami Al Maruf serta 14 surau di lingkungan warga. Sementara lonceng dibunyikan dari Gereja Kristus Raja, Waiwerang Kota.

Sekolah Rentan Bencana Capai 57 Persen, Kemendikbud: Waspada!

Seperti pengumuman yang berlangsung pada Kamis pagi, imam Mushala Nur Hikmah Lamahala mengundang pemuda setempat bergotong royong untuk membersihkan Masjid Waiburak yang terendam banjir bandang pada Ahad lalu.

Pengumuman disampaikan menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia melalui pengeras suara.

China Dilanda Banjir Bandang, 4 Orang Tewas dan 10 Hilang

"Diberitahukan seluruh pemuda pemudi Desa Lamahala Jaya, mengundang untuk membersihkan Masjid Waiburak untuk persiapan Shalat Jumat," kata imam Mushola Nur Hikmah.

Namun sebagian warga setempat ada pula yang mulai mempelajari informasi sistem peringatan dini yang disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) usai bencana alam yang terjadi.

"Saya sudah menginstal (memasang program) aplikasi BMKG. Kalau dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tidak ada aplikasinya," kata Kartini (23), bidan yang bekerja di kantor Desa Lamahala.

Kartini mengatakan mayoritas warga pesisir memberi peringatan dini dari mulut ke mulut atau sambungan telepon. Tetapi belakangan diketahui bahwa kabar itu bohong alias hoax.

"Pada Rabu (7/4) sekitar jam 00.00 WITA, saya dapat laporan dari warga di sekitar dermaga Waiwerang katanya akan ada banjir susulan. Warga berlarian sampai ada yang jatuh. Tapi kan ternyata itu berita bohong," katanya.

Warga setempat, kata dia, cenderung mudah terprovokasi sebab bencana datang dari orang-orang terdekat mereka tanpa konfirmasi kepada pihak terkait.

Kartini menceritakan, sejak Rabu dini hari, seluruh telepon seluler warga di Flores Timur mengalami gangguan selama 16 jam. Situasi itu dibarengi dengan beredarnya informasi akan ada banjir susulan. Masyarakat sudah berlarian pergi ke gunung tetapi ternyata info itu tidak benar.

Di sekitar kawasan Waiburak dan Waiwerang Kota tidak tampak adanya alat sirine mitigasi bencana. Satu spanduk bertuliskan "Flores Timur Tanggap Bencana" terpasang di dekat pusat pertokoan dan Pasar Waiwerang Kota dalam kondisi yang lusuh dan sebagian spanduknya robek setelah sekian lama terpasang di situ.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur, Thomas Bangke, yang dihubungi melalui sambungan telepon belum memberikan tanggapan hingga berita ini dilaporkan. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya