Sindir Faldo, Geisz: Di Anyer, Pangandaran Nggak Ada Anies

Geisz Chalifah debat dengan politikus PSI Faldo Maldini
Sumber :
  • tvOne

VIVA – Kerumunan pengunjung di area wisata Ancol, Jakarta Utara saat Lebaran Idul Fitri di tengah pandemi jadi sorotan. Pengelola Ancol dan Pemerintah Provinsi DKI pun menuai kritikan karena dinilai abai protokol kesehatan atau prokes.

Kubu Prabowo-Gibran Sebut Pemilu Ulang Tak Ada di UU

Hal ini jadi pembahasan dalam Catatan Demokrasi tvOne dengan tema 'Tumpang tindih aturan Lebaran, prokes amburadul'. Beberapa pembicara yang hadir antara lain Komisaris PT Pembangunan Jaya Ancol, Geisz Chalifah dan politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Faldo Maldini.

Geisz menjelaskan dengan klaim Ancol sebagai kawasan wisata yang menerapkan prokes terbaik di Tanah Air. Ia menyampaikan demikian karena pengakuan dari Tenaga Ahli Utama Kepala Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. "Kedua-duanya memberikan testimoni bahwa prokes di Ancol luar biasa ketatnya," kata Geisz dikutip VIVA, Rabu, 19 Mei 2021.

Kubu Anies Tuding Pencalonan Gibran Tidak Sah, KPU: Mengada-ngada

Menurut dia, prokes ini sudah diterapkan terhadap seluruh karyaan Ancol. Mulai upaya tracing hingga vaksinasi COVID-19 sebanyak dua kali untuk setiap karyawan.

Geisz bilang meski pernah ditutup selama 6 bulan, Ancol tetap berupaya memenuhi operasional termasuk gaji karyawan tanpa ada pemutusan hubungan kerja (PHK). Dia memaparkan beban Ancol juga mesti menanggung hewan-hewan terkait hingga sarana wisata di Dunia Fantasi.

Menkopolhukam Minta Semua Pihak Hormati Langkah Kubu Anies dan Ganjar Gugat Hasil Pemilu ke MK

Ia heran dengan kerumunan Ancol yang terkesan didramatisir di media sosial. Geisz menjelaskan kerumunan di Ancol saat Lebaran yang viral itu totalnya 39 ribu pengunjung. Kata dia, jumlah itu tak sampai 30 persen dari total maksimal yang bisa ditampung Ancol.

"Total yang diterima Ancol secara maksinal 192 ribu orang. Jika menyebar di seluruh Ancol, semua tempat," sebut Geisz.

Menurut dia, angka 39 ribu termasuk warga yang beraktivitas di Ancol untuk berolahraga pagi sejak pukul 06.00. Tapi, ia menegaskan selama pandemi, bila pengunjung Ancol mendekati angka 39 ribu maka dipastikan ditutup.

Terkait penumpukan di gerbang, Geisz bilang karena ada ribuan pengunjung yang belum membeli tiket secara online. Penumpukan pun terjadi sehingga terjadi kemacetan parah. Saat itu, untuk mencegah hal yang tak diinginkan, pengunjung diizinkan masuk untuk beli tiket langsung.

Namun, Geisz menyebut penampakan kerumunan di Pantai Ancol yang viral di media sosial dramatisasi. Sebab, jumlah pengunjung masih di bawah 30 persen dari total daya tampung Ancol.

Dia menekankan pengelola Ancol punya kebijakan selama pandemi yaitu setiap pengunjung mendekati 39 ribu maka akan ditutup.

Faldo Maldini pun menanggapi Geisz yang menyarankan sebaiknya pengunjung dibiasakan dengan kuota. Apalagi saat ini sedang pandemi.

Geisz merespons bahwa membiasakan kuota masih sulit. Alasannya, pengelola Ancol sering mensosialisasikan aturan tertentu namun tak ditanggapi sebagian pengunjung.

Dia bilang peran tim Satgas COVID-19 di Ancol cukup aktif lantaran sering bolak baik mengecek lokasi.

Namun, Faldo memberikan masukan agar pihak Satpol PP juga bisa dilibatkan. Hal ini karena Pemprov DKI memiliki 5 ribu anggota Satpol PP. "Turun 1000 orang di Ancol saya kira beres," ujar Faldo.

Geisz menjawab bahwa Satpol PP sudah ada dan membantu membagi-bagikan masker untuk pengunjung Ancol. Menurut dia, dalam catatannya, 98 persen karyawan Ancol yang pernah terinfeksi COVID-19 bukan tertular di dalam area wisata tersebut. Untuk 2 persen sisanya tidak diketahui penyebab bisa tertular COVID-19.

Mendengar penjelasan Geisz, presenter Andromeda Mercury pun mengajukan pertanyaan soal pengunjung berkerumun di pantai sehingga berpotensi terkena COVID-19.

Geisz menanggapi bahwa pengelola sudah memberikan cara dengan adanya pembatas tali tambang. Hal ini untuk mencegah kerumunan dan pengunjung bisa menjaga jarak. "Sudah diberikan tambang, tapi tambangnya dibuang. Orang-orang masuk ke sana," tutur Geisz.

Faldo memotong penjelasan Geisz dengan bertanya petugas yang berjaga. "Tidak ada yang jagain?" tanya Faldo.

Geisz mengatakan petugas yang berjaga tentu ada. Namun, harus diakui jumlahnya tak sebanding dengan pengunjung yang mendatangi Pantai Ancol. Ia mengakui ada kesalahan sehingga terjadi kerumunan.

"Kita realistis lah kesalahan di Ancol ada. Yaitu kita tidak mampu mengelola dalam satu waktu. Kita akui, tapi sedramatis itu, ya nggak. Yang ada malah penyudutan," jelas Geisz.

Dia menceritakan bahwa pengelola Ancol bersama seluruh karyawan sudah berupaya maksimal menerapkan prokes selama pandemi. Perjuangan itu menurutnya berat karena terlihat dengan tak ada satu pun karyawan yang di-PHK. "Dan, apa yang mereka katakan? Pak, kayaknya orang-orang PSI pengen kita di-PHK," tutur Geisz.

Faldo menanggapi ucapan Geisz bahwa PSI hanya ingin Ancol berbuat terbaik. "Nggak, nggak. PSI mau masyarakat menikmati Ancol dengan baik," tutur Faldo.

Geisz bilang sebaiknya PSI objektif bila menyampaikan data di media sosial. "Jauh masih di bawah 30 persen, seolah-olah di atas 30 persen. 192 ribu itu maksimalnya," ujar Geisz.

"Masalah buka tutup itu sebenarnya Pak Geisz," kata Faldo.

Kemudian, salah seorang presenter, Maria Assegaf mengajukan pertanyaan dari netizen untuk Faldo Maldini. Netizen itu menyinggung Faldo yang tak menyoroti kerumunan di daerah wisata lain seperti Anyer, Pangandaran hingga Pelabuhan Ratu.

Geisz lalu memotong pertanyaan Maria dengan melontarkan menyindir Faldo.

"Maria, maaf. Di sini saya potong sedikit ya, di Anyer, Panarukan, Pangandaran, Nggak ada Anies Baswedan di sana," kata Geisz seraya tertawa.

"Nggak, nggak itu. Jawaban pak Geisz kan tadi sudah. Tidak ada niat sedikit pun menegesikan karyawan di Ancol kita appreciat, hormat," ujar Faldo. 

Menurut Faldo, PSI dalam mengkritik bukan hanya bicara prokes di Ancol semata. Melainkan juga prokes saat mudik Lebaran Idul Fitri.

Bagi Faldo, menaruh perhatian terhadap DKI sangat penting karena sebagai barometer nasional. Jika penanganan COVID-19 di Ibu Kota baik maka daerah lain akan mengikutinya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya