Novel: Baru Kali Ini Dugaan Pimpinan KPK Singkirkan Pegawai

Penyidik senior KPK Novel Baswedan
Sumber :
  • VIVAnews/Foe Peace

VIVA – Penyidik KPK Novel Baswedan, mengaku terkejut dengan proses Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) sebagai alih status pegawai KPK menjadi aparatur sipil negara atau ASN. Sebab menurut Novel dalam tes tersebut seakan ada norma yang dimasukan dengan sembunyi-sembunyi atau dilakukan secara tidak transparansi.

Dewas KPK Gelar Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei terkait Dugaan Penyalahgunaan Wewenang

"Ketika ada norma itu kami bertanya, ini TWK maksudnya apa? dan tujuannya apa? disampaikan ini cuma assesment tidak menggugurkan dan lain-lain hanya untuk memastikan tidak terlibat organisasi terlarang, cinta Pancasila, UUD 1945, standar lah, kami biasa begitu," kata Novel, Kamis 20 Mei 2021

Menurut dia, jika itu alasannya, maka semestinya tidak perlu dibuat TWK. Lebih baik diusut dan diproses bila ada pegawai KPK yang terlibat organisasi terlarang, tidak setia Pancasila dan UUD 1945. Sebab, hal itu sudah jelas melanggar aturan KPK.

Syamsuddin Haris Heran Albertina Ho Dilaporkan ke Dewas, Sindir Dugaan Etik Nurul Ghufron

"Jadi, nggak perlu repot-repot aturan begini, karena biayanya juga besar pemborosan uang negara, dan manfaatnya apa? itu yang saya katakan. Kecurigaan-kecurigaan itu kami tanyakan sebenarnya sebelum tes dilaksanakan," jelas Novel.

"Hingga kemudian tes tetap dipaksakan diikuti dan kami katakan oke lah kalau memang kepentingannya hanya itu dan itu kami gak punya masalah apa-apa. Kami terbiasa ikut pelatihan, terbiasa sekali dan ketika tes banyak pertanyaan aneh sekali," kata Novel.

Respons Albertina Ho Usai Dilaporkan ke Dewas oleh Pimpinan KPK

Novel menyadari adanya keanehan dalam pola tes TWK tersebut. Dia merasa banyak dibenturkan antara taat kepada atasan dengan integritas. 

Menurut Novel, itu masalah yang klasik. Tentunya, saat bicara itu maka integritas harusnya yang utama. Sebab, ASN itu harusnya punya kepentingan kepada negara.

"Seandainya harus hanya taat kepada atasannya saja, dan atasannya memberi perintah yang menyalahi aturan, norma-norma, menyalahi kepentingan negara maka harusnya tidak ditaati, ini saya jadikan landasan berpikir untuk menjawab pertanyaan-pernyataan," ujar Novel

Kemudian, setelah keluar nama 75 pegawai yang tidak lolos, Novel merasa makin aneh. Dia mencoba melihat profil masing-masing para pegawai tersebut. 

Dari situ kuat dugaan bahwa tes wawasan kebangsaan bukan hanya tes semata. Namun, ini karena 75 pegawai tersebut ditarget untuk disingkirkan.

"Dari sebelum-sebelumnya itu sudah ada, orang-orang yang bekerja baik di KPK itu sering ditarget oleh koruptor. Ditarget oleh orang-orang yang punya kepentingan ingin berbuat korupsi," lanjut Novel.

Namun, Novel menyampaikan baru kali ini, dugaan itu dilakukan pimpinan KPK. Menurut dia, dugaan itu menjadi ironis.

"Baru kali ini dugaan kami itu dilakukan oleh pimpinan KPK, baru kali ini. Sebelumnya belum pernah ada orang yang menyingkirkan pegawai KPK yang bekerja baik yang menjaga integritas belum pernah ada dari internal KPK, baru kali ini, dan kami duga pimpinan KPK yang melakukan. Itu ironis sekali," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya