Petinggi KPK Menyatakan Perang Terbuka Terhadap Ketua BKN

Gedung KPK
Sumber :
  • KPK.go.id

VIVA – Direktur Pembinaan Jaringan Kerja Antar-Komisi dan Instansi Komisi Pemberantasan Korupsi (PJKAKI KPK) Sujanarko menyatakan perang terbuka kepada Kepala Badan Kepegawaian Nasional (BKN) Bima Haria Wibisana.

Dua 'Bos' Pungli Rutan KPK Minta Maaf Usai Dijatuhi Sanksi Etik Dewas KPK

Pernyataan itu menyoalkan hasil tes wawasan kebangsaan (TWK) terhadap pegawai lembaga antirasuah.

"Kayaknya kita harus perang terbuka deh, dia (Bima Haria) biar enggak ngumpet terus gitu, enggak profesional itu," kata Sujanarko kepada awak media, Kamis, 27 Mei 2021.

Dewas Jatuhi Sanksi Berat untuk Tiga 'Bos' Pungli Rutan KPK, Sekaligus Minta Maaf Secara Terbuka

Sujanarko juga menyatakan protes kepada Bima Haria terkait proses TWK. Sujanarko menyebut banyak kejanggalan dalam proses tes peralihan pegawai KPK menjadi aparatur sipil negara (ASN).

"Pertama komentar saya, dia sangat tidak profesional dan kejam, ini bisa disampaikan langsung ke Bima Haria, kenapa saya sampaikan demikian, saya juga asesor nasional, jadi saya tahu persis kira-kira proses (asesmen) seperti (TWK) itu," kata Sujanarko.

BKN Ingatkan ASN Tak Boleh Menolak Dipindahkan ke IKN

Menurut Sujanarko asesmen TWK terhadap para pegawai KPK oleh BKN hanya menggunakan tiga dari enam komponen. Tiga komponen tes yang diterapkan BKN dalam asesmen TWK ini yakni esai, tulis, dan wawancara.

“Di asesmen center ada 6 elemen tes yang wajib dilakukan, itu kira-kira yang pertama tertulis, tes esai, role play, dan itu diatur di peraturan KPK, FGD dan presentasi, satunya saya lupa. Dengan dilakukan oleh asesmen center dengan 6 elemen tadi, tingkat reliabilitas dan validitas hasilnya maksimal 65 persen, jadi hanya 40 sampai 65 persen, kalau itu pakai 6 komponen tadi," kata Sujanarko.

Sujanarko menambahkan, lantaran BKN hanya menggunakan tiga dari enam komponen, sejatinya tingkat validitas dan reliabilitasnya semakin rendah. Menurut Sujanarko, kemungkinan tingkat validitas dan reliabilitasnya antara 40 hingga 50 persen.

"Kalau semakin kecil komponen, tingkat validitas, tingkat reliabilitasnya semakin rendah, tidak mungkin mencapai 65 persen, mungkin 40 sampai 50. Dengan alat ukur yang sangat buruk ini bisa dibayangkan dia melabeli 51 orang dengan orang yang sudah rusak, tidak bisa diperbaiki, tidak bisa dididik terkait wawasan kebangsaan," ujarnya.

Di sisi lain, dilabeli dengan pernyataan tidak bisa dibina, Sujanarko mempertanyakan perbedaan dirinya dengan teroris. Dalam perang terbuka ini, Sujanarko meminta Bima Haria menjelaskan prosedur TWK yang dinilai penuh kejanggalan.

"Apa bedanya saya dengan teroris? Apa bedanya saya dengan pasukan sparatis, sampaikan ini ke Bima Haria untuk bisa menjawab hal itu, apa argumentasinya, saya tengah berpikir akan melakukan somasi terhadap Bima Haria, paling tidak dia bisa menjawab dan punya bukti dan fakta bahwa saya tidak bisa dididik, saya dilabeli merah, apa buktinya, saya ikut organisasi terlarang, saya taliban, buktikan," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya