Kematian akibat COVID-19 di Sumatera Barat Capai Rekor Tertinggi

Ilustrasi Salat jenazah COVID-19 yang berada di mobil ambulans (antara)
Sumber :

VIVA – Ahli epidemiologi Defriman Djafri merilis data bahwa provinsi Sumatera Barat kini menghadapi lonjakan kasus kematian akibat COVID-19 yang sangat signifikan. Bahkan, pada periode Mei 2021, tingkat kematian akibat virus corona mencapai angka tertinggi sejak pandemi.

Ahli Ungkap 7 Tanda Sekarat hingga Sebabkan Kematian, Apa Saja?

“Hasil kajian dan data kita menunjukkan rekor genap 200 kasus Kematian di bulan Mei ini. Ini rekor kematian tertinggi yang tercatat sejak awal pandemi (26 Maret 2020) yang dilaporkan di Sumatera Barat,” kata Defriman Djafri di Padang, Senin, 7 Juni 2021.

Defriman menolak menjelaskan secara terperinci faktor atau penyebab lonjakan kasus kematian itu, karena masih dianalisis.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Menurut Defriman Djafri, untuk detail faktor atau penyebab lonjakan kasus kematian itu terjadi, saat ini masih dianalisis. “Yang jelas, artinya saat ini di hilir sudah keteteran. Jika tidak diantisipasi dengan strategi yang jitu, lonjakan kasus kematian bisa lebih besar lagi, dan ini mengerikan,” ujarnya.

Antisipasi kesiapan kapasitas sistem kesehatan untuk penanganan COVID-19, menurutnya, tidak hanya dari segi infrastruktur, mamun juga manajemen risiko dan rumah sakit rujukan serta respons kedaruratan yang perlu dievaluasi.

Viral! Perempuan 9 Tahun Mampu Angkat Besi 75 Kg

Melihat rekor kasus kematian ity, Defriman mengingatkan, harus ada sosialisasi yang lebih masif lagi kepada masyarakat tentang bahayanya. Narasi bahwa COVID-19 tidak mematikan yang berkembang di masyarakat harus dibantah atau diluruskan agar publik tidak meremehkan.

Pemerintah, katanya, harus menjelaskan juga bahwa kasus kematian akibat COVID-19 bisa jadi tidak disebabkan langsung oleh virus corona, melainkan juga banyak sebab seperti penyakit bawaan (komorbid) sebelum terjangkit.

“Pemahaman itu dijawab dengan evidence based; berbasis data, agar langkah-langkah penanganan dan pengendalian tidak sapu jagat; memilah dari pemahaman risiko dalam penanganan,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya