Cegah Penularan COVID-19 pada Anak, Ronda Digital Bergerak

Kegiatan Ronda Digital yang digelar Akatara Jurnalis Sahabat Anak bersama Unicef Indonesia.
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA – Klaster keluarga jadi salah satu rantai penularan yang mendorong angka kasus COVID-19 naik secara signifikan. Anak-anak pun turut menjadi korban, atau setidaknya terancam. Mencegah itu, Akatara Jurnalis Sahabat Anak bersama Unicef Indonesia membuat gerakan ‘Ronda Digital’.

100 Kilometer Jalan di Jateng Rusak karena Banjir, Perbaikan Dikebut hingga H-7 Lebaran

Ronda Digital merupakan gerakan kolaborasi yang dilakukan bersama anak-anak di Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk bersama-sama berkampanye dan menerapkan 3M. Ronda dijalankan oleh anak-anak di sejumlah kabupaten/kota untuk membangun sistem keamanan lingkungan (siskamling) di media sosial.

Kolaborasi ini nantinya diharapkan bisa menjadi ruang edukasi, serta membangun kembali pola ‘Ronda Digital’ yang bisa dilakukan oleh anak-anak untuk menjaga diri dan menyelamatkan keluarganya, temannya, maupun saudara-saudaranya dari penularan COVID-19.

Kemen-PPPA: Perempuan Lebih Rentan Terdampak Perubahan Iklim karena Peran Tradisional Gender

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur, Andriyanto menuturkan bahwa gerakan Ronda Digital dirasa perlu mengingat tren penularan COVID-19 terus melonjak, terutama klaster keluarga. Tercatat, sampai 18 Juli 2021, sudah ada 226.521 kasus positif di Jatim. Dari jumlah itu, ada 19.978 anak yang positif COVID-19.

“Ini menyedihkan, klaster keluarga terus naik dan ada 89 anak-anak yang meninggal karena COVID-19. Sebanyak 42 anak usia 0-5 tahun dan 47 anak usia 6–18 tahun,” kata Andri, panggilan akrabnya, dalam keterangan tertulis diterima pada Selasa, 20 Juli 2021.

Waduh, Polda Jateng Amankan 1.904 Pelaku Perzinahan Selama Ramadhan

Ia menjelaskan, lonjakan klaster keluarga bermula dari penyebaran virus korona yang berasal dari anggota keluarga atau orang yang tinggal satu rumah. Biasanya, penyebaran berawal dari seseorang yang sudah lebih dahulu tertular lalu menularkannya pada anggota keluarga lain.

“Ada beberapa faktor yang menyebabkan klaster keluarga semakin masif antara lain membiarkan anak-anak bermain bersama di lingkungan komplek atau perumahan tanpa protokol kesehatan. Kegiatan berkumpul warga pun menjadi cara virus corona menyebar dari satu orang yang terinfeksi ke orang lain dengan mudah. Sebab, biasanya saat warga sudah berkumpul, jaga jarak sulit sekali diterapkan,” ungkap Andri.

Adanya kematian pada anak ini sudah menjadi peringatan keras. Apalagi kasus yang meninggal dunia lebih dari satu.

“Ukurannya kalau ada satu anak meninggal saja itu sudah wabah, ini sudah 89 anak yang meninggal. Jadi kita harus benar-benar waspada,” tandasnya.

Sebenarnya, lanjut Andri, anak-anak itu sulit terpapar. Namun, COVID-19 sudah memapar pada ribuan anak sehingga kondisi saat ini sudah masuk wabah bagi anak-anak. Selain itu, anak-anak yang terkonfirmasi positif COVID-19 itu kebanyakan bergizi buruk.

“Tapi bukan karena beratnya kurang saja, ya, tapi mereka yang obesitas juga masuk kategori gizi buruk,” ujar Andri.

Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Surabaya, Ermi Ndoen mengatakan, anak-anak menjadi bagian penting dalam berbagai perubahan. Termasuk upaya mereka yang bisa mengajak teman sebayanya untuk patuh pada 3M.

Sebab, salah satu upaya yang bisa memutus penularan COVID-19 adalah patuh pada protokol kesehatan. “Anak-anak bisa berbicara melalui media sosialnya untuk mengajak teman sebayanya bahkan keluarganya. Ajakan untuk menerapkan 3M serta menjaga hidup sehat,” katanya.

Nah, Ronda Digital bisa menjadi literasi digital yang disukai anak-anak untuk menyampaikan pesan kebaikan di media sosial. Mereka bisa melakukan Siskamling dalam upaya menekan angka penularan COVID-19.

Ronda Digital juga bisa menjadikan anak sadar literasi. Dalam bentuk virtual, aksi perundungan pun bisa terjadi. Termasuk pelecehan seksual anak yang terus ada di ruang digital. “Keberadaan Ronda Digital bisa menjadi literasi yang bagus bagi anak-anak untuk saling mengingatkan antar sebayanya,” kata Ermi.

Ketua Forum Anak Jatim, Firnas menuturkan, kesempatan untuk ikut Ronda Digital menjadi tantangan bagi anak-anak. Apalagi ada banyak produk digital yang bisa dipakai dalam patroli di media sosial sambil menyampaikan ajakan baik.

“Kami sadar kalau 3M di masyarakat memang mulai longgar, jadi perlu kampanye 3M yang lebih ketat,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya