Anggota DPR Ungkap Kelemahan Penanganan COVID-19 di Indonesia

Penanganan pasien virus corona (COVID-19).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

VIVA – Anggota Komisi IX DPR RI, Saleh Partaonan Daulay menyoroti temuan tim LaporCovid-19 yang mencatat bahwa terdapat 2.313 pasien isoman COVID-19 yang meninggal dunia di luar rumah sakit.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Menurut Saleh, temuan ini menunjukkan berbagai kelemahan dalam penanganan orang yang terpapar, telebih lagi data yang disampaikan tersebut bisa saja berbeda dengan data yang dimiliki pemerintah.

Saleh mengatakan, salah satu titik lemah penanganan COVID di Indonesia pertama, rumah-rumah sakit dan fasilitas kesehatan tidak mampu menampung semua yang terpapar. Ini terbukti dengan banyaknya yang dirawat di luar rumah sakit.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

"Yang meninggal saja kan jumlahnya mencapai 2.313. Pasti jumlah yang isoman berkali-kali lipat dari jumlah itu. Kebanyakan dari mereka itu memilih isoman karena tidak tertampung di rumah-rumah sakit dan faskes-faskes yang ada," kata Saleh, kepada wartawan, Jumat 23 Juli 2021

Kedua, kata Saleh, fenomena ini juga menunjukkan keterbatasan tenaga medis yang tersedia. Buktinya, LaporCovid-19 menjelaskan bahwa mereka yang isoman tersebut tidak pernah didatangi atau dihubungi pihak tenaga medis, dan  ini bisa terjadi karena tenaga medis yang ada terkonsentrasi di rumah-rumah sakit dan faskes-faskes.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

"Kita sangat sedih melihat fakta ini. Sebab, mereka yang mendapat perhatian dan pengobatan serius pun banyak yang tidak bisa tertolong. Apalagi yang tidak diperhatikan dan tidak menerima pengobatan yang memadai," ujar Saleh

Ketiga, data yang disampaikan ini menunjukkan adanya kelemahan dari sisi pendataan. Artinya, petugas yang semestinya mendata tidak mampu menjangkau semua yang terpapar. 

Ini tentu sangat menyulitkan dalam memetakan zoonasi tingkat keterpaparan suatu daerah tertentu. "Pemetaan itu sangat penting. Dari situ bisa dirumuskan kebijakan terbaik yang mesti diambil dalam skala daerah tertentu. Tanpa pemetaan, tidak jelas arah penanganan yang dilakukan," ujarnya

Terkait temuan ini, pemerintah didesak untuk memberikan tanggapan dan respon, termasuk langkah-langkah yang akan diambil dalam menyikapi hal tersebut. Jika memungkinkan, perlu dilakukan sinkronisasi data antara yang dimiliki pemerintah dan yang dirilis LaporCovid-19.

"Kita apresiasi apa yang telah dilakukan LaporCovid-19. Semoga saja, apa yang disampaikan tersebut bisa ditindaklanjuti pemerintah. Targetnya, seluruh anggota masyarakat bisa memiliki akses penuh terhadap pelayanan kesehatan," ujarnya
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya