Trio Meninggal Usai Divaksin AstraZeneca, Hasil Autopsi Tak Jelas

Ilustrasi vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca.
Sumber :
  • ANTARA

VIVA - Pemuda bernama Trio Fauqi Virdaus (22) meninggal dunia satu hari pasca menerima vaksin COVID-19 dari AstraZeneca yang diikutinya lewat program vaksinasi dari PT Pegadaian, tempat dia bekerja di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada 5 Mei 2021 lalu. Trio berpulang pada 6 Mei 2021.

Penyakit Menular Arbovirosis Jadi Ancaman Baru, Menkes Budi: Lakukan 5 Hal Ini untuk Menanganinya

Sudah dikebumikan, lantas jenazahnya diautopsi pada Senin, 24 Mei 2021, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo setelah mendapat persetujuan dari pihak keluarga. Pada 27 Juli 2021, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mendatangi kediaman almarhum di Buaran, Jakarta Timur, guna menyampaikan hasil autopsi.

Lalu, bagaimana hasil autopsinya?

WHO: Imunisasi Global Menyelamatkan 154 Juta Jiwa Selama 50 Tahun Terakhir

Kakak kandung dari Trio yakni Sabbihis Fathun Vickih (32) mengungkap tak didapati adanya tanda komorbid atau penyakit bawaan yang menyebabkan adik kesayangannya itu meninggal dunia.

"Almarhum ini tidak menderita komorbid apapun, dalam artian kata tidak ada penyakit bawaan apapun dan tidak ditemukan penyakit lain apapun yang menyebabkan kematian, tidak ada. Dalam arti kata bersih ya almarhum. Penyakit yang seperti jantung pun mendadak itu gak ada," ujar dia kepada VIVA, Kamis, 29 Juli 2021.

Mooryati Soedibyo Meninggal Dunia, Intip Perjalanan Bisnis Mustika Ratu

Baca juga: Klarifikasi Kemenkes soal Penerima Vaksin AstraZeneca Meninggal

Karena disebut tidak ada tanda komorbid, lantas keluarga bertanya apa penyebab Trio meninggal dunia. Keluarga bertanya lewat zoom meeting yang dilakukan untuk membahas hasil autopsi tersebut.

Dalam zoom meeting itu, ada perwakilan dari Kementerian Kesehatan, Komnas KIPI, dan Forensik RSCM. Sayangnya, jawaban yang didapat keluarga tidak jelas.

Tidak ada jawaban gamblang ke keluarga. Mereka seolah menolak menjawab kalau penyebab meninggalnya Trio adalah buntut habis menerima vaksin AstraZeneca. Padahal, menurut Vickih, sudah jelas tidak ada tanda komorbid pada tubuh almarhum adiknya.

Secara logika, Vickih menyebut hal tersebut pemicunya adalah vaksin AstraZeneca yang diterima almarhum adiknya.

"Lalu, kalau gak ada penyakit bawaan, sebelumnya sehat, logikanya berarti kan meninggalnya pemicunya karena habis disuntik vaksin kurang lebih 24 jam, berati vaksin dong. Tapi, Kemenkes forensik RSCM, Komnas KIPI tidak mau mengaku hal itu. Mereka berkata kami tidak bisa berbicara seperti itu, dan tidak bisa bilang kalau ini karena vaksin, nah kan aneh kan," kata dia.

Vickih kecewa pada dokter yang melakukan autopsi. Seharusnya, mereka bisa berbicara jujur mengingat sudah disumpah sebagai dokter.

Atas kejadian ini, dia menilai dokter yang melakukan autopsi tidak memakai hati nuraninya sebagai logika berpikirnya. Yang ia tangkap, dokter yang melakukan autopsi memakai logika berpikirnya hanya ke profesi.

"Ya saya gak tahu ya birokrasi apa yang sedang terjadi. Saya gak tahu internal mereka kenapa tidak mau menyebutkan kejujuran padahal mereka semua orang yang menurut saya berpendidikan dan mereka juga disumpah, harus bicara jujur, kedepankan logika dong pasti. Nah, sudah seperti ini kan berati logika berpikirnya hanya profesi, itu yang saya tangkap menjaga nama baik," kata dia lagi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya