TNI-Polri Dapat Jadi Tulang Punggung Geber Vaksinasi

Panglima TNI bersama Kapolri vaksinasi massal di Solo, Jawa Tengah
Sumber :
  • dok Polri

VIVA – Keterlibatan seluruh elemen bangsa goyong royong menangani pandemi COVID-19 patut diapresiasi. Salah satunya upaya TNI-Polri dalam menggeber program vaksinasi nasional sebagai salah satu cara memutus rantai penyebaran virus COVID-19.

WHO: Imunisasi Global Menyelamatkan 154 Juta Jiwa Selama 50 Tahun Terakhir

Hal tersebut dikemukakan Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto pada Webinar Series yang diselenggarakan Moya Institute, Jumat, 30 Juli 2021, dengan mengangkat topik soal PPKM dan Vaksin untuk Indonesia Bangkit dari Pandemi.

Hery menilai, yang dilakukan TNI dan Polri dalam kondisi pandemi sekarang tidak hanya memerankan fungsinya sebagai institusi penjaga pertahanan serta keamanan ketertiban saja, namun terlibat aktif menggelar vaksinasi.

5 Polisi di Kolaka Ditangkap karena Keroyok Warga hingga Babak Belur, Kapolres Minta Maaf

"Seperti Polri yang memanfaatkan seluruh Polda, Polres hingga Polsek di Indonesia untuk aktif membantu percepatan vaksinasi. Kemudian banyak bersinergi dengan instansi lainnya melakukan vaksinasi. Misalnya sewaktu Polri dan PP Muhammadiyah mengadakan vaksinasi yang dihadiri Kapolri langsung," kata Hery.

Menurut Hery, instansi negara seperti TNI dan Polri dapat menjadi tulang punggung program vaksinasi maupun organ-organ lain, misalnya BIN, sebab amat mudah digerakkan dengan satu garis komando.

Brigjen Nurul Bicara Strategi STIK Lemdiklat Cetak Pemimpin Polri yang Mumpuni

Sementara itu pembicara lainnya, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, menyoroti mengenai maraknya bermunculan argumentasi keagamaan pada situasi pandemi saat ini di Indonesia.

"Soal keagamaan dikaitkan dengan penanganan COVID akibat konsekuensi kehidupan keagamaan yang sangat terbuka. Era reformasi terjadi kontestasi paham keagamaan di ruang publik," ujar Mu'ti.

Mu'ti menilai, banyaknya masyarakat yang kini aktif dalam media sosial ikut menambah kontestasi narasi keagamaan tanpa dapat dihindari. Apalagi, kata dia, saat narasi keagamaan yang beredar di media sosial tanpa melalui proses kepatutan.

"Terkait masalah ini karena ada tiga faktor. Pertama, faktor yang berkaitan dengan keterbukaan, kedua penggunaan media sosial yang eksesif, dan ketiga kecenderungan perilaku yang agresif," beber Mu'ti.

Kemudian, selebriti Tanah Air Ramzi yang turut ikut membahas tema diskusi menuturkan, masing-masing publik figur memiliki peran dan cara berbeda-beda dalam menyikapi pandemi. 

"Ada yang cenderung tidak percaya COVID, PPKM serta vaksin. Ada pula yang mendapat kesempatan besar dari pemerintah namun kurang berkontribusi sehingga menjadi serangan balik. Ada juga yang abai saja, yang penting kerja," imbuh Ramzi.

Baca juga: Stok Vaksin Menipis, Sebagian Tempat Vaksinasi di Semarang Ditutup

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya