Wiku Beberkan 5 Provinsi Penyumbang Angka Covid yang Tinggi

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito
Sumber :

VIVA – Hampir 2 tahun negara-negara dunia terus berjuang memberhangus COVID-19, Termasuk Indonesia. Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito pun menjelaskan perjuangan negara ini dalam menangani pandemik. 

BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Kebijakan Restrukturisasi Kredit Terdampak COVID-19

Diungkapkannya bahwa ada dua kali gelombang puncak kasus COVID-19 di Indonesia. Pada tanggal 25 Januari 2021 Indonesia menghadapi puncak kasus pertama yakni sebanyak 89.083 kasus dalam satu minggu. 

Beruntungnya, klaim Wiku, melalui kebijakan PPKM Jawa-Bali dan PPKM Mikro nasional, Indonesia berhasil menghadapi gelombang kasus tersebut.

Beredar Petugas Pemilu di Depok Jadi Suspek COVID-19, Ini Penjelasan Wali Kota

"Sehingga kasus terus menurun hingga titik terendah pada tanggal 10 Mei 2021 dengan total kasus 26.088 kasus atau turun sebesar 29,29 persen dari puncak kasus pertama," kata Wiku dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Selasa, 17 Agustus 2021.

Kemudian Indonesia kembali mengalami lonjakan kasus hingga mencapai puncak kasus kedua, yang tercatat sebesar 349.308 kasus dalam waktu satu minggu atau meningkat 92,5 persen dari titik terendah dalam kurun sepekan.

Terpopuler: WHO Peringatkan Bahaya Penyakit X, Persiapan Miss Indonesia di Miss World 2024

Wiku menjelaskan, jumlah kasus pada puncak kedua tersebut mencapai 4 kali lipat puncak pertama dan dicapai dalam kurun waktu 1,5 kali lebih cepat dibanding puncak pertama. 

“Yaitu hanya sembilan minggu. Sedangkan puncak pertama membutuhkan waktu 13 minggu," ujarnya.

Kenaikan kasus tersebut segera disikapi dengan diberlakukannya kebijakan yang lebih ketat, yaitu PPKM Darurat, PPKM Mikro, dan selanjutnya PPKM level 1-4 sejak 3 Juli 2021. 

Menurut Wiku, berkat sinergi dari seluruh lapisan masyarakat, hingga pada minggu lalu, kasus positif nasional mingguan telah mengalami penurunan selama 4 minggu berturut-turut atau turun sebesar 41,6 persen dari puncak kedua.

"Ini merupakan perkembangan yang baik meskipun jumlah kasus masih tinggi jika dibandingkan sebelum lonjakan kasus pada bulan Mei lalu," ujarnya. 

Kendati demikian, tekan Wiku, perjuangan melawan COVID-19 belumlah berakhir. Sampai saat ini, laju penambahan kasus yang tajam masih terjadi. Kasus positif yang mulanya membutuhkan waktu sekitar 1 tahun untuk mencapai 1,5 juta, dengan cepat menjadi 2 juta dalam waktu 3 bulan. Kemudian terus mengalami percepatan hingga 3,5 juta dalam waktu sekitar 2 bulan.

Begitu pula dengan kasus kematian. Kematian yang membutuhkan waktu 1 tahun mencapai 40.000 jiwa mengalami percepatan hingga 50.000 dalam waktu 2 bulan. Kemudian menjadi 60.000 dalam waktu satu bulan, dan 110.000 atau hampir dua kali lipat dalam waktu sebulan terakhir.

"Peningkatan kasus mendorong pemerintah untuk melakukan upaya maksimal demi meningkatkan angka kesembuhan," ujarnya.

Seiring itu, angka kesembuhan juga mengalami peningkatan selama dua bulan terakhir. Indonesia mampu mencapai 2 juta dan 3 juta kesembuhan hanya dalam waktu dua bulan. 

Menurut Wiku, angka percepatan naiknya kesembuhan menunjukkan kemampuan Indonesia dalam menyesuaikan diri, mengambil langkah-langkah pengendalian yang semakin responsif dan tepat.

Namun dalam kesempatan yang sama, Wiku menyadari masih ada beberapa provinsi yang mengalami kenaikan kasus. Selama 6 minggu terakhir terdapat 5 provinsi yang lebih dari 1 kali menjadi salah satu penyumbang tertinggi kenaikan kasus di tingkat nasional. Lima provinsi tersebut yakni Jawa Tengah, Bali, Sumatera Utara, NTT, dan Kalimantan Selatan.

"Diperlukan kecermatan pemerintah daerah tidak hanya daerah dengan jumlah kasus tinggi. Namun penting mengamati kenaikan kasus sedini mungkin agar lonjakan dapat diantisipasi," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya