Cerita Paskibraka Upacara Pakai Hazmat, Jadi Tahu Perjuangan Nakes

Tiga orang Paskibraka Provinsi Jawa Tengah bertugas di RSDC Donogufan Boyolali.
Sumber :
  • VIVA/Teguh Joko Sutrisno

VIVA – Bagi Enrica Audia Prastiwi, siswa SMA dari Purworejo, tak pernah terbayangkan ia akan menjadi salah satu petugas paskibraka di RSDC Donogufan Boyolali. Ia pun harus bertugas menggunakan hazmat

Wisatawan di Kota Semarang Capai 350 Ribu Orang Saat Libur Lebaran, Kota Lama Terbanyak Dikunjungi

Sebelumnya, Enrica mendaftar jadi calon pasukan pengibar bendera pusaka secara bertahap melalui seleksi ketat, dari tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten, hingga lolos sampai tingkat Provinsi Jawa Tengah.

Selama beberapa pekan karantina dan berlatih di tingkat provinsi, ia masih mengira akan ditugaskan sebagai pengibar bendera pusaka di halaman kantor Gubernur Jawa Tengah. 

TPP ASN Pemkot Semarang Akan Dipotong 15 Persen per Hari jika Bolos Usai Lebaran

Baca Juga: Soal Revisi Aturan PLTS Atap, IRESS Soroti Perburuan Rente

Tapi, pada H-2 ia bersama dua anggota Paskibraka lainnya diberi tugas menjadi pengibar bendera istimewa di RSDC Donohudan Boyolali dengan inspektur upacara Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, dan peserta upacaranya ratusan pasien COVID-19. Ia pun harus memakai hazmat demi protokol kesehatan.

One Way Arus Balik Tol Kalikangkung, Pemudik Diimbau Kooperatif Ikuti Arahan Petugas

Jelas, tugasnya mengibarkan sang merah putih lebih berat dan sangat berat dibanding lainnya. Selain bertanggungjawab memastikan merah putih berkibar, ia harus melawan panas dan beratnya pakaian hazmat yang ia kenakan.

Selesai upacara keringatnya deras bercucuran. Nafasnya tersengal, dan nampak sekali dari wajahnya ia kecapekan.

"Panas banget. Nggak pernah terbayang bertugas mengibarkan bendera merah putih dengan pakaian seperti ini. Tapi sekarang saya jadi tahu betapa beratnya ya perjuangan tenaga medis itu berjuang menangani COVID-19. Bayangkan, mereka pakai hazmat tiap hari. Saya yang sebentar saja terasa kepanasan," ungkapnya di RSDC Donohudan, Selasa 17 Agustus 2021.

"Iya panas banget, sumpek juga. Tantangannya, jalan susah dan sarung tangan ini kan licin. Kemungkinan talinya bisa terlepas. Alhamdulillah tadi lancar," timpal Ahmad petugas pengibar bendera yang lain.

Enrica mengajak semua masyarakat membantu tenaga medis dengan cara mudah, yaitu disiplin protokol kesehatan. "Untuk para tenaga medis, tetap semangat ya," kata Enrica.

Selain Enrica dan Ahmad, para petugas upacara di Donohudan memang mengenakan pakaian sesuai protokol kesehatan. Bahkan, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang menjadi inspektur juga mengenakan pakaian hazmat yang sama.

Laporan kontributor tvOne: Teguh Joko Sutrisno/Semarang
 

Festival balon udara digelar di Pekalongan dan Wonosobo Jawa Tengah

Balon Udara Muncul di Ketinggian 9.000 Feet, AirNav Semarang Minta Pilot Waspada

AirNav telah mengeluarkan Notif atau NOTAM kepada pilot untuk waspadai munculnya balon udara yang diterbangkan secara liar di ketinggian 8.000 hingga 9.000 kaki.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024