AHY: Ada Profesi Baru sebagai Buzzer, Kerjaannya Sebar Fitnah

Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)
Sumber :
  • Youtube CSIS

VIVA – Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY, menyinggung profesi pasukan buzzer di dunia maya. Yang menurutnya, demokrasi menjadi rusak karena diantaranya ada buzzer ini.

Soal Koalisi Besar, AHY Sebut Prabowo Punya Pertimbangan Matang

Itu disampaikan AHY, dalam Pidato Kebangsaan Memperingati 50 Tahun CSIS Indonesia, yang ditayangkan secara daring, Senin 23 Agustus 2021. AHY awalnya mengulas tiga hal yang berdampak pada kualitas demokrasi Indonesia. Yakni money politic, identity politic, dan post-truth politic.

Post-truth politic jelas AHY, adalah politik fitnah dan saling membunuh karakter. Semakin mudah diorkestrasi, manakal didukung oleh perkembangan teknologi dan informasi. Bahkan bisa secara membabi buta di media sosial.  

Jokowi Minta AHY Selesaikan 2.086 Hektar Lahan Bermasalah di IKN Tanpa Ada Korban

"Hoaks, black campaign, hate speech dan berbagai format dis informasi lainnya seolah menjadi norma baru dalam kehidupan demokrasi kita. Mengerikan, ketika mengetahui bahwa hari ini sangat mudah bagi siapa pun menjadi korban fitnah tanpa daya untuk mengklarifikasinya," jelas AHY dalam pidatonya.

Kebohongan yang ditampilkan berulang-ulang, lanjut dia, bisa dianggap sebagai sebuah kebenaran baru. Apalagi kalau itu terus menerus ditampilkan di media sosial, dengan kecanggihan teknologi dan informasi dewasa ini. 

AHY Wanti-wanti Prabowo Usai Bertemu Cak Imin

Semakin berkembang, karena juga ada buzzer, yang menurut AHY adalah profesi baru yang memang bertugas untuk menyebar fitnah dan kebohongan.

"Kenyataannya justru sekarang ada profesi baru yaitu pasukan buzzer yang memang pekerjaannya adalah memproduksi dan menyebar fitnah dan kebohongan termasuk menghabisi karakter seseorang atau suatu kelompok yang dianggap berbeda sikap dan pandangan," ulas AHY.

Maka dalam situasi seperti ini, dimana buzzer di media sosial begitu gencar menyebar fitnah dan kebohongan, harus ada arus media yang netral untuk membendungnya.  

"Dalam situasi seperti ini kehadiran pers yang independen dan kredibel sangat dinantikan untuk menjadi referensi objektif bagi masyarakat di tengah tengah tsunami infomrasi dan dis informasi di dunia maya," kata AHY.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya