Cerita Ketum PAN Zulhas Kumpul Bareng Partai Koalisi Jokowi di Istana

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan.
Sumber :
  • VIVA/Vicky Fajri

VIVA – Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan membeberkan perbincangannya dengan Presiden Jokowi saat dirinya ikut ngumpul bareng pimpinan parpol koalisi pemerintah di Istana Negara, pekan lalu.

Kolaborasi Prabowo dan Raja Yordania, TNI Berhasil Kirim Bantuan RI ke Gaza via Udara

"Dan pada waktu pertemuan itu, saya kira sudah beredar rekamannya, Presiden menyampaikan yang dihadapi oleh bangsa ini. Satu mengenai COVID-19, dua mengenai ekonomi, ketiga mengenai hubungan pusat-daerah," ucap Zulhas saat sambutan Rakernas di rumah PAN, Jakarta Selatan, Selasa,31 Agustus 2021.

Zulhas menyebut dalam momen tersebut ada beberapa lembaga yang ditinggikan dan ada juga punya paling kuasa.

Presiden Jokowi: Selamat Idul Fitri 1445 H, Semoga Kita Bisa Saling Memaafkan

Baca juga: Cocokologi dan Sembrono, Moeldoko Sebut ICW Membunuh Karakternya

"Ada beberapa bicara, 'Wah, kita kalau gini terus, ribut, susah, lamban. Bupati nggak ikut gubernur. Gubernur nggak ikut macem-macem-lah ya'. Merasa KY lembaga paling tinggi, paling kuat, MA nggak. MA merasa paling kuasa, MK nggak. MK katanya yang paling kuasa. DPR paling kuasa. Semua merasa paling kuasa," imbuh Zulhas.

Istana Bakal Sambut Mantan Presiden hingga Pejabat Jika Hadiri Open House Jokowi

Selama 23 tahun berjalan, dia memandang bahwa amandemen UUD 1945 perlu diadakannya evaluasi semisal arah demokrasinya.

"Jadi, setelah 23 tahun, hasil amandemen itu menurut saya memang perlu dievaluasi. Termasuk demokrasi kita ini, kita mau ke mana, perlu dievaluasi," kata Zulhas.

"Ada juga yang mengatakan, 'Wah, kita cocoknya perlu demokrasi terpimpin'. Ada yang bicara gitu. Saya menyampaikan, kalau mau dikasih istilah, jelas dong sila keempat itu 'Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawartan Perwakilan'. Jadi, kalau mau, kita ini memang demokrasi yang musyawarah, demokrasi dimusyawarahkan, dipimpin oleh orang yang punya hikmah. Nah, hikmah itu ilmunya cukup, imannya kuat, sehingga punya wisdom, punya kebijaksanaan," kata dia lagi

Diungkapkan Zulhas, bahwa bergabungnya PAN ke dalam koalisi partai pendukung pemerintah adalah untuk menjadi jembatan pemerintah dengan Islam. Karena kesan pemerintah jauh dengan Islam masih terasa.

“Kita perlu mengisi peran ini. Menjadi komunikator. Jembatan. Solidarity maker. Pemerintah dan Islam tidak boleh berjauhan apalagi dibentur-benturkan,” tuturnya

Di penghujung acara rakernas, seluruh pimpinan DPW menyatakan siap dan satu suara mengikuti arahan Zulhas. Dalam rakernasnya kali ini, PAN menegaskan komitmennya untuk bergotong royong bagi bangsa. Mulai dari penyelesaian masalah COVID-19 sampai krisis multidimensional yang diakibatkannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya