Sepak Terjang Ali Kalora, Pemimpin Teroris Poso yang Tewas Ditembak

Polisi memperlihatkan sejumlah barang bukti hasil kontak tembak antara Satgas Madago Raya dengan kelompok teroris MIT Poso pimpinan Ali Ahmad alias Ali Kalora di Markas Polres Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Minggu, 19 September 2021.
Sumber :
  • ANTARA/Mohamad Hamzah

VIVA – Sepak terjang Ali Ahmad alias Ali Kalora akhirnya berhasil dihentikan oleh Satuan tugas Operasi (Satgas Ops) Madago Raya di Desa Astina Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Sabtu, 18 September 2021.

Rusia Sebut AS Buru-buru Tuduh ISIS Atas Serangan Gedung Konser di Moskow

Keberadaan pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso dan para pengikutnya ini sangat meresahkan masyarakat petani khususnya di wilayah Kabupaten Poso, Parigi Moutong dan Sigi.

"Saat ini pemimpin teroris Poso Ali Ahmad alias Ali Kalora telah tewas bersama anak buahnya Jaka Ramadhan alias Ikrima alias Rama dalam baku tembak dengan Satgas Madago Raya," kata Wakasatgas Humas Ops Madago Raya AKBP Bronto Budiyono dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 25 September 2021.

100 Orang Masih Hilang Dalam Aksi Penembakan di Gedung Konser Moskow

Bronto pun menjelaskan beberapa fakta mengenai Ali Kalora selama memimpin MIT Poso. Nama asli Ali Kalora adalah Ali Ahmad. Nama Kalora disematkan pada dirinya karena pernah tinggal di Desa Kalora Kecamatan Poso Pesisir Utara Kabupaten Poso. Ali Kalora lahir tanggal 30 Mei 1981 di Gowa Sulawesi Selatan.

Ali Kalora menjadi pemimpin kelompok teroris MIT Poso pada 2016 silam, pasca tewasnya pimpinan sebelumnya, Santoso.

Tidak Hanya di Rusia, Ada Deretan Jejak ISIS dalam Aksi Teror di Indonesia

Sebelumnya Ali Kalora memimpin kelompok teroris MIT bersama Basri, namun setelah Basri ditangkap Pasukan Satgas Operasi Tinombala, Ali Kalora kemudian menjadi pemimpin tunggal dan menjadi target utama Operasi Tinombala.

Ali Kalora disebut-sebut sebagai teroris yang ahli merakit bom lontong dan memiliki kemampuan bertahan hidup dalam pelarian.

Ali Kalora kerap menyamar sebagai warga biasa dan menjadi petani untuk menghindar dari kejaran pasukan pemburu teroris.

Pasukan Satgas Operasi Tinombala hingga berganti nama menjadi Satgas Operasi Madago Raya, selalu meminta agar Ali Kalora menyerahkan diri, namun ia tidak mengindahkannya.

Bronto menjelaskan, berdasarkan catatan Satgas Madago Raya setidaknya ada 10 kasus pembunuhan dan pembakaran yang merupakan bukti kekejaman Ali Kalora dan kawan-kawan dari tahun 2017 hingga 2021.

1. Kasus pembunuhan di Desa Parigi Mpu Kab. Parigi Moutong pada tanggal 3 Agustus 2017 dengan korban Simon Suju.

2. Kasus pembunuhan di desa Salubanga Kec. Sausu Kab. Parigi Moutong tanggal 30 Desember 2018 korban Ronal Batau alias Anang.

3. Pembunuhan di Pegunungan Penghulu Kanan Desa Berdikari Kec. Palolo Kab. Sigi tanggal 23 Mei 2019, korban Njue.

4. Pembunuhan di Pegunungan batu tiga desa Tindaki Kec. Parigi Selatan Kab. Parigi Moutong tanggal 25 Juli 2019, korban Tamar dan Patte.

5. Pembunuhan di perkebunan dusun sipatuo desa Kilo Kec. Poso Pesisir Utara Kab. Poso tanggal 7 April 2020, korban Rattapo alias Daeng Tapo.

6. Pembunuhan di pegunungan Km.9 desa Kawende Kec. Poso Pesisir Utara Kab. Poso tanggal 19 April 2020, korban Ambo Ajeng alias Papa Angga.

7. Pembunuhan di perkebunan Tahiti desa Sangginora Kec. Poso Pesisir Selatan Kab. Poso tanggal 9 Agustus 2020, korban Agus Balumba alias Papa Sela.

8. Penemuan mayat di Jalan trans Poso Napu desa Maholo Kec. Lore Timur Kab. Poso tanggal 14 Agustus 2020, korban Eliyas Lapulalang.

9. Pembunuhan dan pembakaran di dusun V trans lenovu desa Lembantongoa Kec. Palolo Kab. Sigi tanggal 27 November 2020, korban 4 orang yaitu Nakka, Ferdy alias Pedi, Pinu dan Yasa

10. Pembunuhan di pegunungan Patiroa Desa Kalimago Kec. Lore timur Kab. Poso tanggal 11 Mei 2021, korban 4 orang atas nama Lukas Lese Puyu, Paulus Papa, Simson Susa, Marten Solong.

Lebih lanjut Bronto juga mengungkapkan data kejahatan atau kekejaman di luar perikemanusiaan yang dilakukan Ali Kalora perlu dipublish agar masyarakat memahami perbuatan yang telah dilakukan. 

"Berdasarkan fakta-fakta diatas diimbau kepada masyarakat untuk tidak memberikan rasa simpati sekecil apapun kelompok ini (kelompok teroris Poso), karena mereka bukan pahlawan tetapi sebagai kelompok teroris yang selalu menyebar ketakutan," katanya.

Bronto menambahkan, saat ini DPO teroris Poso tersisa 4 orang. Satgas Madago Raya terus melakukan pengejaran terhadap para DPO dan masyarakat diminta dukungan agar tugas segera diselesaikan.

"Jangan berikan bantuan logistik/makanan, informasi dan laporkan kepada Polri atau TNI apabila ada orang yang mencurigakan yang mempunyai ciri-ciri fisik seperti gambar DPO yang telah disebar oleh Satgas Madagoraya," ujarnya.

Baca juga: Densus 88 Ungkap Kebiasaan Ali Kalora Minta Logistik ke Warga

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya