Jelang Muktamar, Kader Muda NU Sebut Perlu Penyegaran

Ilustrasi/Lambang NU (Nahdlatul Ulama)
Sumber :

VIVA – Era digitalisasi membuat tantangan di tengah masyarakat semakin rumit dan kompleks. Organisasi keumatan harus sigap dan tepat menjawab tantangan tersebut. Maka dari itu, organisasi Nahdlatul Ulama (NU) perlu regenerasi dan estafet kepemimpinan saat Muktamar nanti.

Sosok Jenderal Termuda di Lingkungan Polri, Raih Bintang Satu Saat Berusia 45 Tahun

Kader Muda Nahlatul Ulama, Rahmat Hidayat Pulungan mengatakan kaderisasi lingkungan NU dalam 10 tahun terakhir ini bergerak sangat masif dan terstruktur di semua wilayah dan tingkatan. Tentu, tujuannya mempersiapkan generasi baru di NU yang lebih tangguh, adaptif dan transformatif.

"Muktamar ini menjadi evidensi apakah kerja satu dasawarsa terakhir ini berhasil? Ini dibuktikan seberapa banyak kader muda NU yang siap melanjutkan estafet pergerakan organisasi," kata Rahmat melalui keterangannya pada Sabtu, 8 Oktober 2021.

7 Negara dengan Populasi Pedesaan Terbesar di Dunia, Indonesia Nomor 4

Menurut dia, organisasi yang sehat itu semua posisi dan jabatan harus dibatasi. Apalagi, NU selalu mengklaim sebagai organisasi yang sudah transformatif dari fase tradisional menjadi modern. Untuk itu, perlu dibatasi jabatan ketua umum itu. “Ya jabatan ketua umum tentu harus dibatasi," jelas dia.

Ia mengatakan regenerasi mendorong social responsibility dari kaum muda untuk memberikan energinya mengembangkan NU. Saat ini, kata dia, organisasi atau korporasi sudah diisi generasi muda karena dianggap lebih energik, agile dan adaptif.

Pengembang Perumahan di Dubai Beri Perbaikan Rumah Gratis Setelah Banjir Bandang

“Saya yakin para senior di NU sangat menyadari perkembangan ini. Kita yang muda harus malu dan aware, masa para orang tua kita sudah sepuh dipaksa menjalankan operasional organisasi," ujarnya.

Ia menilai tantangan NU ke depan adalah berperan lebih banyak di dunia internasional. Sehingga, NU harus bisa menjadi bridge atau jembatan kebuntuan dan konflik yang ada di banyak negara. Selain itu, NU bisa menjadi spokesmen Indonesia dalam situasi krisis yang terjadi di belahan dunia. Suka tidak suka, krisis internasional akan merugikan semua pihak termasuk Indonesia dan semua umat manusia.

“Digital transformation yang terjadi merubah struktur dan pola hidup masyarakat. Mau tidak mau, NU harus adaptif. Energi kaum muda NU harus dioptimalkan, karena dunia digital kan memang dunianya kaum muda,” ucapnya.

Sementara, Rahmat mengatakan regenerasi NU dalam organisasi NU ada dua level kepemimpinan yaitu Syuriah dan Tanfidziyah. Kalau yang dimaksud kepemimpinan di NU adalah Tanfidz, maka Muktamar NU tahun 2021 momentum alih generasi. "Tanfidz ini kan level operasional, teknis yang sehari-hari menggerakan roda organisasi," tandasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya