Kemenag: Rekrutmen NII di Garut Diduga Lewat Pengajian

Staf Khusus Menteri Agama Mohammad Nuruzzaman.
Sumber :
  • Dok. Kementerian Agama

VIVA – Sejumlah masyarakat di Garut diduga telah direkrut masuk dalam organisasi Negara Islam Indonesia (NII). Rekrutmen itu antara lain dilakukan melalui bentuk pengajian

Profil Putri Isnari, Pedangdut yang Dilamar Anak Pengusaha dengan Uang Panai Rp2 M

Staf Khusus Menteri Agama Mohammad Nuruzzaman mengungkapkan doktrin yang dilakukan oleh NII antara lain menganggap NKRI tidak sesuai dengan ajaran Islam (thogut).

“Kami memang mendapat informasi terkait rekrutmen itu, dan polanya melalui pengajian. Ini sedang kita kaji dan dalami,” ujar Mohammad Nuruzzaman di Jakarta, Senin, 11 Oktober 2021. 

Momen Haru Siraman dan Pengajian Putri Isnari: Persiapan Menuju Pelaminan

Baca juga: Cara Menteri Basuki Artikan ‘Ngaci Tembok’ dari Bahasa Inggris Rumit 

Ia mengatakan pihaknya telah menerjunkan tim Badan Litbang dan Diklat untuk berkoordinasi dengan Kanwil Kemenag Jawa Barat melakukan kajian terkait aktivitas rekrutmen NII dalam pengajian masyarakat di Garut. 

Putri Isnari DA 4 Lamaran, Gepokan Uang Panai Rp2 Miliar Jadi Sorotan

“Hasil kajian ini nantinya akan disampaikan juga kepada Polri, Kemendagri, dan Kemenkopolhukkam untuk ditindaklanjuti sesuai kewenangannya,” sambungnya. 

Kementerian Agama juga melakukan pendampingan kepada sejumlah masyarakat yang telah menjadi korban baiat. Mereka perlu diberikan edukasi dan pencerahan terkait relasi agama dan negara, serta pentingnya penguatan moderasi beragama.

“Kita akan melakukan pendampingan terhadap masyarakat yang menjadi korban baiat. Mereka tentu perlu mendapat pencerahan tentang relasi agama dan negara, serta penguatan moderasi beragama,” terangnya.

NII Terbongkar di Kelurahan Sukamentri, Garut

Photo :
  • VIVA/Diki Hidayat

Kementerian Agama, lanjut dia, terus melakukan upaya dan langkah dalam penguatan moderasi beragama yang saat ini menjadi salah satu program prioritas. 

Moderasi beragama merupakan cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan berlandaskan prinsip adil, berimbang dan taat konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa.

Kata dia, moderasi beragama bukanlah upaya memoderasikan agama, melainkan memoderasi pemahaman dan pengalaman kita dalam beragama. 

“Setidaknya ada empat indikator moderasi beragama, yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan, serta penerimaan terhadap tradisi. Ini yang akan kita kuatkan,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya