8 Tahun, Indonesia Sudah Digoyang Gempa Sebanyak 69.366 Kali

Petugas BPBD Kendal tunjukkan titik gempa. (foto ilustrasi).
Sumber :
  • tvOne/ Teguh Joko Sutrisno (Semarang)

VIVA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat selama delapan tahun sudah terjadi gempa bumi di Indonesia sebanyak 69.366 kali. Data gempa ini mulai dari 2013 hingga 2020.

Informasi Sistem Penggajian Departemen Pertahanan Inggris Diretas

Rincian BMKG yakni mulai dari tahun 2013 setidaknya terjadi gempa bumi 4.234 kali. Kejadian gempa secara berturut-turut meningkat menjadi 4.434 kali pada 2014, 5.299 kali pada 2015, 5.464 kali pada 2016, dan 7.169 kali pada 2017.  

Namun, dilaporkan juga aktivitas gempa meningkat menjadi 11.920 kali sepanjang 2018. Lalu, pada 2019 kejadian gempa bumi mencapai 11.588 kali. 

Top Trending: Kiai Rela Serahkan Istrinya ke Oknum Habib Hingga Patung Liberty Berguncang

"Meski di tahun 2020 kejadian gempa bumi menurun menjadi 8.258 kali. Jumlah tersebut masih di atas rata-rata kejadian gempa bumi tahunan di Indonesia," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangannya, Rabu, 13 Oktober 2021. 

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati

Photo :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa
Foto Penampakan Hewan Laut Menyeramkan Ini Sudah Ditonton 12 Juta Kali Dalam Sehari

Maka itu, ia menekankan pihaknya akan terus berupaya melakukan penyempurnaan sistem peringatan dini tsunami. Salah satunya dengan melibatkan pakar, akademisi, perguruan tinggi, dan asosiasi keilmuan guna mewujudkan zero victim. 

"Baru-baru ini, BMKG juga meluncurkan EWS Radio Broadcaster dan aplikasi SIRITA (Sirens for Rapid Information on Tsunami Alert)," tuturnya. 

Tak hanya itu, BMKG juga menyambut positif kehadiran Cable Based Tsunameter (InaCBT) yang diinisiasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Saat ini, berada dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). 

Kehadiran teknologi tersebut akan memperkuat sistem peringatan dini tsunami Indonesia atau Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS). 

“Tantangan Indonesia tidak hanya tsunami yang diakibatkan fenomena tektonik atau kegempaan. Namun, juga tsunami non tektonik yang dipicu longsoran lereng gunung ke laut atau longsor lereng pantai," tuturnya. 

Dwikorita menyebut, InaTEWS harus diperkuat karena sejak 2013 terjadi tren peningkatan aktivitas gempa di Tanah Air baik dalam jumlah maupun kekuatan. 

Dia menambahkan, kehadiran InaCBT akan semakin memperkuat sistem peringatan dini tsunami yang sudah ada. Hal ini lantaran berperan sebagai perangkat deteksi percepatan gempa dan anomali tekanan air laut yang mengindikasikan terjadinya tsunami di lokasi-lokasi potensial sumber-sumber tsunami. 

"Sistem dan sensor-sensor pendeteksi tersebut tepasang dan ditempatkan pada jaringan kabel bawah laut," katanya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya