NU Serukan Sikap Moderat dalam Ummatan Wasathan di Era Medsos

KH Marsudi Syuhud.
Sumber :
  • VIVA/Daru Waskita

VIVA – Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Marsudi Syuhud, menegaskan sikap moderat sangat penting dalam membentuk Ummatan Wasathan, atau Umat Islam yang berada 'di tengah'. Sikap moderat itu dinilai menjadi penting di era digital yang sangat berkaitan dengan penggunaan media sosial (medsos) saat ini.

Gus Yahya Berkelakar soal Jabatan Menteri di Kabinet Selanjutnya: Jangan-jangan NU Semua

Hal itu dikatakan Marsudi dalam Webinar Moya Institute bertajuk “Umat Islam Indonesia: Ummatan Wasathan.” 

"Bahwa yang dituntut ketika era medsos ini adalah tawasutiyah atau moderat,  karena konten konten omongan itu  jangan sampai  di-share ke jagad medsos, apabila belum tahu kebenarannya," kata Marsudi, Sabtu 16 Oktober 2021. 

Israel Bakal Ubah Status Al-Aqsa, Izinkan Umat Yahudi Beribadah dalam Masjid

Sebab, ujar Marsudi, jika tidak ada sikap moderat, maka ruang medsos akan dipenuhi oleh konten-konten berisi kebohongan atau hoaks, kebencian dan hasutan. Semua hal itu sangat merusak Ummatan Wasathan. Menurut Marsudi, justru dalam menghadapi penyebaran konten yang merusak Ummatan Wasathan, masyarakat terutama umat Islam harus ditanamkan sikap untuk tidak menebarkan kabar bohong atau ujaran kebencian. 

"Kalau mau berdialog diskusi mengangkat suatu topik, maka harus berdasarkan data dan fakta. Kalau tidak, ya itu hanya hoaks. Hoaks itu bohong, dan ohong itu dilarang Tuhan," katanya.

Buku Karya Penulis Israel yang Diduga Pengaruhi Zara Lepas Hijab Beredar di Indonesia

Komarudin Hidayat

Photo :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Dr Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam International Indonesia (UIII) menyatakan, Rasulullah SAW sebelum menjadi Nabi sudah memiliki kualitas kemanusiaan yang sempurna. 

Nabi Muhammad, ujar Komarudin, sudah diberi gelar Al-Amin yang artinya Manusia yang bisa Dipercaya. Hal itu dikarenakan, Nabi Muhammad sudah menunjukkan sikap yang Wasathiyah atau moderat. 

"Sebaliknya, ada masyarakat yang sangat bersemangat bicara soal agama, tapi kualitas peradaban dan kemanusiaan nya masih kurang, jadi tak nyambung antara retorika agamanya dengan kualitas peradaban nya," ujar Komarudin.

"Yang bagus adalah, ketika kualitas peradaban dan kemanusiaan nya sudah bagus, ditambah dengan Wahyu Islam. Inilah yang makin mendekati Ummatan Wasathan,” sambungnya. 

Sementara itu, Imam Besar di Islamic Center of New York, Muhammad Shamsi Ali menceritakan bahwa di dunia barat, studi tentang Islam kebanyakan dikemas dengan bungkus ‘Studi Timur Tengah.’ Jadi, lanjut Shamsi, ada pemahaman di kalangan Barat, bahwa Islam adalah Timur Tengah. Menurut Shamsi Ali, hal itu harus diluruskan.

"Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar di dunia harus bisa menunjukkan pada dunia, khususnya dunia Barat, bahwa Islam itu bukan Timur Tengah semata. Islam itu universal," kata Shamsi.

Shamsi pun membayangkan, suatu saat bilang masyarakat dunia mendengar nama Islam, maka pikiran mereka tertuju pada Indonesia. Indonesia dengan negara besar dan warga muslim terbanyak, bisa hidup berdampingan dengan ragam identitas masyarakat lainnya. Sementara, Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto yang menjadi pemantik diskusi menyatakan, sejatinya umat Islam Indonesia sudah memiliki banyak ciri yang menunjukkan Ummatan Wasathan.

Ke depan tantangannya, bagi Umat Islam Indonesia adalah mengejawantahkan prinsip-prinsip Ummatan Wasathan itu dalam menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat.

"Bahkan, saya membayangkan suatu saat, bila orang di dunia ini mendengar nama Islam, maka pikiran mereka akan tertuju pada Indonesia. Disinilah pentingnya perwujudan Ummatan Wasathan dalam masyarakat Indonesia,"  ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya