Pandemi Belum Berakhir, MUI: Vaksinasi Ikhtiar Berobat

Vaksinasi di Lanud Adisutjipto
Sumber :
  • VIVA.co.id/Cahyo Edi

VIVA – Pandemi COVID-19 sudah hampir 2 tahun melanda Tanah Air. Untuk mengatasi itu, pemerintah saat ini tengah gencar merealisasikan percepatan vaksinasi.

Riset: Kebiasaan Belanja Orang Indonesia, Bandingin Harga di Situs Online dan Toko Offline

Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Arif Fahrudin mengingatkan, percepatan vaksinasi juga untuk kepentingan umat Islam. Sebab, selama pandemi, kehidupan ulama dan umat terdampak. Ia menekankan berobat hukumnya wajib.

"Vaksinasi ini ikhtiar berobat. Dalam konsep ini, vaksinasi bertemu dengan kepentingan hukum Islam," kata Arif, dalam webinar 'Penguatan peran dai milenial dalam kebangkitan dari dampak COVID-19' yang digelar MUI dan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo, yang dikutip pada Selasa, 26 Oktober 2021.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Vaksinasi di Kota Semarang, Jateng (Foto ilustrasi).

Photo :
  • tvOne/ Teguh Joko Sutrisno (Semarang)

Dia menyampaikan, dalam konteks Indonesia, korban terbesar pandemi adalah umat Islam. Ia menyebut ada ribuan ulama dan puluhan ribu umat meninggal karena terpapar COVID-19. Belum lagi jutaan jiwa yang tertular virus berbahaya tersebut. "COVID-19 ini bahaya nyata," tuturnya.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Pun, Arif mendorong ulama dan dai ikut aktif mensosialisasikan vaksinasi dan terus mengingatkan pentingnya protokol kesehatan atau prokes. Ia optimis bisa langkah itu diterapkan, pandemi bisa diatasi.

Sementara, Ketua Komisi Fatwa MUI Ahmad Zubaidi menyebut ada fakta menyedihkan di tengah pandemi COVID-19. Ia menyoroti masih ada beberapa dai yang membahayakan umat dengan melarang prokes hingga memprovokasi penolakan terhadap vaksinasi. 

Dia bilang MUI sudah mengeluarkan fatwa terkait pandemi ini termasuk vaksinasi. Namun, fatwa MUI tak jadi rujukan oleh mereka.

"Fatwa itu disusun oleh ulama berdasarkan pertimbangan matang. Ulama yang mewakili berbagai organisasi umat,” ujar Ahmad.

Kemudian, ia menuturkan agar ulama dan dai bisa menegur umat yang mengabaikan prokes dalam aktivitas sehari-hari. Menurutnya, hal itu jadi bagian tanggung jawab dai.

"Saya kalau bertemu umat di masjid tidak pakai masker, saya tegur. Kalau membantah, saya ajak dialog,” kata dia.

Menurut dia, terkait pandemi sudah ada penjelasan dari ahlinya. Ia bilang, para dai mesti merujuk penjelasan utuh para ahli tersebut.

"Jangan sepotong-sepotong agar tidak menimbulkan mudharat," ujarnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya