Sejarawan: China Punya Utang ke Kesultanan Bima

Museum ASI MBOJO, Bekas Istana Kerajaan Bima
Sumber :
  • Antara/ Budi Afandi

VIVA – Satu persatu dokumen bersejarah di Kesultanan Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai terkuak ke publik. Nama besar Sultan Muhammad Salahuddin sebagai sultan terakhir di Bima, ternyata memiliki banyak jasa pada bangsa Indonesia dan juga bangsa asing yang meminta bantuan.

China Dilanda Banjir Bandang, 4 Orang Tewas dan 10 Hilang

Sejarawan sekaligus cucu Sultan Muhammad Salahuddin, Dewi Ratna Muchlisa Mandyara, sering mengungkap dokumen Kesultanan Bima melalui media sosial. Terbaru, Kepala Museum Kebudayaan Samparaja Bima itu mengungkap dokumen utang pemerintah China ke Kesultanan Bima.

Sekitar tiga lembar dokumen tersebut memuat surat utang negara Tirai Bambu ke Kesultanan Bima.

Hadiri Forum Internasional di China, KSAL Tegaskan Pentingnya Jaga Keamanan Maritim di Kawasan

"Dari hasil bongkar-bongkar dokumen, ketemu surat utang. Sepintas saya pikir kalender China atau Jepang. Setelah dibolak-balik kok sampai ada tanda tangan Menteri Keuangan China dan pejabat-pejabat keuangan lain," kata Dewi Ratna, Rabu, 27 Oktober 2021.

Terhadap dokumen tersebut, dia kemudian mengkonfirmasi langsung seorang rekannya di Jakarta untuk menelusuri kebenaran dokumen yang dimiliki. Ternyata benar China memiliki utang di Kesultanan Bima. China saat itu berutang karena mengalami banyak kerugian pasca peperangan.

Cyber Crime Can Threaten Southeast Asia as Digital Technology Advances

"Ternyata Kesultanan Bima pada saat itu memberikan pinjaman uang atau hutang kepada Republik Cina yang saat itu mengalami pailit karena peperangan, sehingga mengeluarkan surat hutang," ujarnya.

Dewi Ratna mengatakan, itu menjadi bukti hubungan diplomatik Kesultanan Bima dengan bangsa-bangsa lain.

"Dokumen ini menjadi bukti sejarah hubungan diplomatik yang luas antara Kesultanan Bima dan Republik Cina," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya