BMKG: Suhu Permukaan Laut di Pasifik Telah Lewati Ambang Batas La Nina

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memantau saat ini suhu muka laut di Samudra Pasifik ekuator makin mendingin, yaitu minus 0,92, yang mengindikasikan penguatan intensitas La Nina menuju moderate atau level menengah/sedang.

Cuaca Ekstrem Diprediksi Terjadi Selama Mudik Lebaran 2024, BMKG Minta Warga Waspada

"Hasil monitoring suhu permukaan laut di Pasifik ekuator telah melewati ambang batas kejadian La Nina, yaitu mengalami pendinginan sampai minus 0,61 pada dasarian I Oktober 2021 dan terus bertahan bahkan saat ini minus 0,92," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat menyampaikan laporannya dalam Rakornas Antisipasi La Nina yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat, 29 Oktober 2021.

Jika anomali suhu muka laut di Samudra Pasifik ekuator sudah mencapai satu, katanya, maka sudah menunjukkan La Nina moderate atau level menengah.

Sembilan Daerah Siaga dan Waspada Cuaca Ekstrem, Menurut BMKG

La Nina adalah fenomena yang dikontrol oleh perbedaan suhu muka air laut antara Samudra Pasifik bagian tengah dengan wilayah perairan Indonesia, sehingga suhu muka laut di wilayah Indonesia menjadi lebih hangat. Dampaknya berpotensi terjadinya pertumbuhan awan hujan sehingga dapat meningkatkan curah hujan.

Secara teori, ambang batas bisa disebutkan terjadi La Nina dengan intensitas lemah, yaitu adanya anomali mencapai 0,5. Puncak La Nina diprediksi akan terjadi pada Januari-Februari 2022.

Gerhana Bulan Penumbra Siap Menyapa Malam Ini, Catat Jam dan Lokasinya

La Nina tahun 2021 diperkirakan berlangsung dengan intensitas lemah hingga sedang sampai Februari 2022. Kondisi itu sama seperti kejadian La Nina tahun 2020 dengan intensitas yang sama, sebagaimana hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan 20 persen hingga 70 persen bahkan lebih dibandingkan rata-rata curah hujan bulanan.

Peningkatan curah hujan

Seperti kejadian La Nina tahun 2020, terjadi peningkatan curah hujan di berbagai wilayah Indonesia terutama Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.

"Ini diprediksi peningkatan curah hujan secara konsisten sejak November hingga Januari 2022. November ini beberapa wilayah diprediksi akan meningkat curah hujan bulanan 70 bahkan dapat mencapai 100 persen," katanya.

Kondisi Bandara El tari Kupang, NTT terdampak Badai Siklon Tropis.

Photo :
  • Dokumentasi Angkasa Pura I.

Sementara pada November 2021, diprediksi peningkatan curah hujan merata di Jawa, Bali, NTB dan cukup merata di NTT serta secara sporadis di Sumatera, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara.

Sedangkan pada Desember 2021, diprediksi semakin meningkat di Jawa, Bali, NTB, NTT. Di Sumatera Utara, Kalimantan Selatan dan sporadis di Kalimantan Timur serta Sulawesi Selatan.

Meski sebagian daerah diprediksi mengalami dampak La Nina sehingga mengalami peningkatan curah hujan, ada beberapa daerah yang justru kekurangan air karena intensitas hujan menurun seperti Sumatera yang curah hujan sporadis dan Kalimantan Barat.

"Jadi dalam satu pulau ada yang mengalami penurunan curah hujan dan ada pula yang meningkat," tambah dia.

Dampak di Jawa, Bali, NTB

Dwikorita mengatakan, pada Januari 2022, dampak La Nina makin meluas di Jawa, Bali, NTB, sebagian NTT, sporadis di Sumatera, Kalimantan Barat, Kalimantan tengah dan sporadis di Kalimantan Timur serta hampir merata di Sulawesi.

Kemudian pada Februari 2022 diprediksikan curah hujan meningkat di beberapa wilayah, masih merata dan meluas di Jawa, Bali, NTB dan NTT lebih tinggi.

Selain dampak La Nina, perlu diwaspadai badai tropis yang sering terjadi pada Januari-Februari yang muncul di wilayah NTT. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya