Ganjar Sebut Masyarakat Jawa Punya 'Ilmu Titen' untuk Mitigasi Bencana

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berbincang dengan sesepuh Sedulur Sikep Samin, Mbah Lasiyo, di Dukuh Karangpace, Desa Klopoduwur, Kabupaten Blora, Rabu, 10 November 2021.
Sumber :
  • ANTARA

VIVA – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menekankan pentingnya sistem peringatan dini atau early warning system dalam upaya mengurangi risiko bencana yang terjadi pada musim hujan.

Kubu Prabowo-Gibran Sebut Pemilu Ulang Tak Ada di UU

"Hal yang paling penting dalam kesiapsiagaan adalah edukasi seperti halnya menggunakan 'early warning system'," katanya di Semarang, Rabu.

Ganjar berpendapat bahwa masyarakat harus memahaminya jika bencana itu disebabkan kondisi alam sehingga dengan demikian, manusia harus berharmonisasi terhadap alam dan lingkungan sekitar.

Gunung Kidul Yogyakarta Diguncang Gempa, Getaran Terasa hingga Pacitan

"Kepedulian terhadap alam, harus didorong kepada masyarakat untuk lebih peduli, misalnya dengan mencegah melalui pendidikan dan pelatihan," ujarnya.

Selain itu, semua pihak juga bisa dilibatkan karena memiliki beragam metode untuk cara untuk menyampaikan kepada masyarakat, bahkan desa tanggap bencana pun dapat terwujud di berbagai daerah rawan bencana yang ada di Jateng.

100 Kilometer Jalan di Jateng Rusak karena Banjir, Perbaikan Dikebut hingga H-7 Lebaran

Ganjar menyebutkan kearifan lokal masyarakat di Jawa Tengah terkait dengan mitigasi bencana sebenarnya sudah dilakukan sejak dulu.

"Sebagai kearifan lokal, sebenarnya kita sudah memiliki cara mitigasi bencana, namanya: ilmu titen, seperti ketika hewan turun dari gunung, masyarakat sudah bersiap-siap akan terjadi gunung meletus atau erupsi; jika pintu dan jendela rumah tidak bisa dibuka atau ditutup, berarti ada gempa; bahkan di Pemalang, jika terjadi gempa, masyarakat akan menancapkan alat penumbuk beras atau 'alu janda' ke empat sudut desa agar gempa berhenti," katanya.

Proses pencarian korban longsor di Brebes, Jawa Tengah.

Photo :

Pelaksana Tugas Kepala BPBD Jawa Tengah Safrudin menambahkan, pihaknya sudah mendata seluruh kekuatan kebencanaan di provinsi itu. Sebanyak 9.631 personel dengan berbagai kecakapan kebencanaan disiagakan dan sejumlah peralatan pendukung sudah disiapkan di semua daerah.

Aparat BPBD di semua daerah di Jawa Tengah, katanya, sudah menggelar apel siaga sebagai bentuk kesiapsiagaan mereka. Begitu pula penyiapan sumber daya manusia pendukung dan logistik.

Safrudin mengatakan bahwa tidak hanya banjir dan tanah longsor, musim hujan pada tahun 2021 juga diwaspadai adanya bencana banjir bandang yang berpotensi terjadi di Jawa Tengah. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya