Guyub Rukun Kampung Toleransi, Miniatur Indonesia di Bandung

Warga RW 04, Kelurahan Jamika, Kota Bandung dikenal sebagai Kampung Toleransi
Sumber :
  • humas.bandung.go.id

VIVA – Semboyan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda namun tetap satu jua, benar-benar ada di kampung ini. Sudah puluhan tahun warga yang di gang kecil, RW 04, Kelurahan Jamika, Kecamatan Bojong Loa Kaler, Kota Bandung, hidup rukun, damai, saling toleran, meskipun berasal dari berbagai macam suku, etnis dan agama.

Meski Beda Agama, Ini Momen Mikha Tambayong dan Deva Mahenra Rayakan Lebaran Bersama

Kehidupan yang paradoks dengan hiruk-pikuk polarisasi buntut persaingan politik, penuh sentimen kelompok, ras, agama, kecurigaan dan saling hujat di media sosial, disharmoni sosial menguat. Tapi, kegundahan soal disintegrasi itu tak 'tembus' warga kampung yang berada di selatan pusat kota Bandung ini.

Budaya toleransi yang kuat wilayah RW 04 Kelurahan Jamika, Kecamatan Bojong Loa Kaler, Kota Bandung ini punya sejarah panjang. Sering juga disebut salah satu miniatur Indonesia yang kaya akan ragam akan suku, budaya, bahasa dan keyakinan. 

Kawasan Lembang Padat Merayap, Antrean Kendaraan Mengekor hingga Kota Bandung

Kampung itu dihuni warga yang multietnis mulai dari suku Sunda, Batak, Bali, Tionghoa, Kalimantan dan NTT.
Tak hanya sukunya yang berbeda, keyakinan yang dianut pun beragam, ada Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. 

Pada 20 Agustus 2017, saat Wali Kota Bandung masih dijabat Ridwan Kamil, Pemerintah Kota Bandung mendeklarisakan RW 04, Kelurahan Jamika, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung ini sebagai salah satu Kampung Toleransi.

Pesan Idul Fitri Kapolri: Dalam Perbedaan Tercipta Indahnya Toleransi

Kampung Toleransi merupakan salah satu komitmen pemerintah kota menjadikan Bandung Rumah Bersama. Kota toleran milik bersama. Saat ini, Kota Bandung sudah memiliki lima Kampung Toleransi. Antara lain, di Jalan Ruhana RW 08 Kelurahan Paledang Kecamatan Lengkong, Jalan Luna Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler, 

Kemudian, Jalan Sasak Gantung Kelurahan Balon gede Kecamatan Regol dan Kompleks Dian Permai RW 11 Kelurahan Babakan Kecamatan Babakan Ciparay, dan Jalan Vihara RW 08 Kelurahan Kebon Jeruk Kecamatan Andir.

Warga RW 04, Kelurahan Jamika, Kota Bandung dikenal sebagai Kampung Toleransi

Photo :
  • VIVA/Adi Suparman

Ketua Kampung Toleransi Bandung, Jahja Kosim (61) mengatakan kondisi masyarakat sebelum dideklarasikan oleh pemerintah Kota Bandung sebagai Kampung Toleransi, sudah hidup rukun antar sesama warga dengan berbagai keyakinan dan suku selama puluhan tahun. 

"Saat mengundang sesepuh yang dulu aktif di karang taruna di RW 4 ini. Cerita yang didapat adanya tempat ibadah dari berbagai keyakinan ada masjid, geraja dan vihara ini sudah ada sejak mereka (sesepuh) tinggal disini," kata Jahja di Kota Bandung Jawa Barat, Senin 15 November 2021.

Budaya saling menghormati dengan keyakinan yang dianut masyarakat Kampung Toleransi Bandung terlihat dari adanya tempat ibadah yang saling berdekatan. Hanya berjarak dua meter, ada tiga gedung tempat ibadah diantaranya gereja, masjid dan vihara, bangunannya saling berhimpitan. Di RW 04 sendiri terdapat 4 gereja, 4 vihara dan 2 masjid.   

Meski tempat ibadah berdekatan, masyarakat di sana tidak pernah ada perasaan risih atau terganggu ketika mendengar suara azan suara yang kerap dilaksanakan di gereja. Mereka saling menghormati dan menghargai.

Selain itu, Jahja menerangkan ketika ada perayaan yang dilakukan umat muslim dan non muslim, masyarakat berbaur untuk saling bantu satu sama lainnya. Baik itu secara finansial maupun bentuk tenaga. 

"Contohnya disini jika asa perayaan Natal, masyarakat lain dari Muslim, Budha, Hindu, Konghucu, membantu mengamankan dan menjaga lalu lintas. Sebaliknya kalau ada perayaan Imlek, umat muslim dan agama lain ikut mengamankan di daerah sini. Kegiatan ini sudah biasa dilakukan orang tua dulu," ungkapnya.

Setiap tanggal 16 Agustus, lanjut Tjahja, sehari sebelumnya perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, masyarakat disini selalu mengadakan perkumpulan yang disebut Malam Tasyakur. Kegiatan yang sudah ada sejak tahun 2015 ini dilakukan warga dengan cara doa bersama menurut kepercayaannya masing-masing. Hal itu untuk menjaga kerukukan antar sesama warga. 

"Semua tokoh agama diundang, kegiatannya pertama doa bersama kepercayaan masing-masing harapan kedepannya seperti apa. Terus ada seperti upacara gitu, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan ditutup makan bersama, " ungkapnya. 

Menurutnya, kerukunan antar umat beragama harus tetap dijaga di bumi pertiwi ini sebagai perwujudan dari nilai Pancasila. Ia pun mengatakan, setiap individu mempunyai hak yang sama untuk beribadah dan harus dihormati.

Ia berharap kedepannya, para pemuda disini dan untuk masyarakat luas lainnya untuk tetap saling menjaga kerukunan ditengah kehidupan sosial masyarakat. Dengan adanya kampung Toleransi ini bisa menjadi contoh bagi masyarakat lain dalam menjalankan kehidupan yang tenang dan saling menghormati. 

"Tidak memperbesar perbedaan, tapi yang dikembangkan berdialog ngobrol langsung. Hidup toleransi dan menjadi inspirasi daerah lain. Hidup toleransi harus tetap dipertahankan, " ujarnya. 

Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengatakan kehadiran Kampung Toleransi akan mengantarkan Kota Bandung sebagai kota heterogen dan menjadi salah satu cerminan dari Indonesia.

Sementara untuk menghadirkan kampung toleransi, minimal wilayah itu terdapat keragaman masyarakat, agama serta tempat ibadah. Dan yang paling utama semua warganya bisa menjaga keberagamannya itu.  "Harus komitmen. Ini menunjukan warga Bandung bisa saling toleransi," ujarnya

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bandung, Ferdi Ligaswara menambahkan hadirnya kampung toleransi dapat mempererat tali persaudaraan antar sesama.

"Dengan ini semakin erat persaudaraan dan menjunjung tinggi kebersamaan dan saling menghormati. Hadirnya kampung toleransi sebagai miniatur sikap toleransi di wilayah kita," katanya.

Warga RW 04, Kelurahan Jamika, Kota Bandung dikenal sebagai Kampung Toleransi

Photo :
  • humas.bandung.go.id

Lawan COVID-19

Spirit toleransi warga kampung ini menular dalam upaya melawan pandemi COVID-19. Di masa pandemi COVID-19, toleransi antar umat beragama ditularkan dengan cara kompak antar warga lintas agama menghadirkan herd immunity atau kekebalan kelompok. 

Seperti yang dilakukan Gereja St Gabriel dan Masjid Al Amanah, Komplek Sumber Sari Kecamatan Babakan Ciparay yang menggelar vaksinasi COVID-19 beberapa waktu lalu.

Kedua tempat ibadah tersebut letaknya saling berdekatan. Kegiatan tersebut sebagai kolaborasi juga antara komunitas sampai pengusaha. Di antaranya, Paroki St Gabriel Bandung dan Yayasan Al Amanah. Juga didukung oleh Wings, Rumah Zakat, Parahyangan Leadership Institute dan Forum Komunikasi Kelompok Informasi Masyarakat (FK-KIM) Kota Bandung. 

Apresiasi pun dilontarkan langsung oleh Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana. Menurutnya, kegiatan ini sangat luar biasa, 1 kegiatan berada di 2 tempat ibadah yang berbeda dengan satu tujuan untuk kebaikan masyakarat yakni percepatan vaksinasi. 

"Luar biasa, ini dilakukan 2 rumah ibadah yang berbeda, gereja dan masjid. Pelaksanaannya luar biasa dan jumlahnya besar yaitu 4.000 dosis," ujarnya. 

Dengan vaksinasi ini, Yana mengatakan, akan semakin mempercepat pembentukan herd immunity. "Mudah-mudahan ini semakin mempercepat pencapaikan target 100 persen proses vaksinasi di Kota Bandung. Ini ikhtiar kita membentuk herd immunity menyelesaikan pandemi COVID-19," bebernya. 

Yana mengungkapkan, tingkat kepatuhan warga Jabar pun sudah di angka 90 persen. Hal itu menjadi bukti bahwa warga Jabar patuh dalam melakukan protokol kesehatan salah satunya menggunakan masker. “Di Jabar tingkat kepatuhan warga menggunakan masker sudah di atas 90 persen. Dengan menerapkan protokol kesehatan kita terhindar dari COVID-19, ditambah vaksinasi,” tuturnya. 

"Saya yakin November atau Desember target kita tercapai. Luar biasa, apresiasi semua penyelenggara dan warga yang mau dan bisa divaksin," tambahnya. 

Sementara itu, Inisiator Acara vaksinasi Toleransi, Parahyangan Leadership Institute, Inge Suprayogi mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa vaksinasi ini aman bagi masyarakat.  

"Kita mulai di tempat ibadah, supaya mereka lebih percaya. Akhirnya kita bisa memanggil 4.000 orang untuk vaksinasi," tuturnya. 

Lanjut Inge, pihaknya pun merangkul komunitas sampai tenaga kesehatan untuk berkolaborasi membantu kegiatan vaksinasi. "Dari beberapa komunitas, kita memanggil tenaga kesehatan. Rencana ini sebagai pilot project kita rencananya akan keliling Jawa Barat," katanya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya