24 Siswa dan Guru SD Positif COVID-19 di Kota Bogor, PTM Dihentikan

Wali Kota Bogor Bima Arya
Sumber :
  • VIVA/ Muhammad AR

VIVA – Sebanyak 24 orang terdiri dari 14 siswa dan 10 orang guru di SDN Sukadamai 2, Kota Bogor dinyatakan Positif COVID-19. Temuan klaster sekolah itu, setelah Satgas COVID-19 melakukan evaluasi Petemuan Tatap Muka (PTM) dengan melakulan screening siswa dan guru di sekolah.

Daya Tampung SD di Kota Tangerang TA 2024 Ada 22.956 Kursi, Jangan Lupa Daftar Pra PPDB

Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, Satgas COVID-19 rutin melakukan screening sebulan sekali. Di bulan pertama ditemukan 5 kasus positif COVID-19. Kemudian pada Rabu 17 November 2021 dilakukan screening 50 sampel swab PCR (29 siswa dan 21 pendidik) di SDN Sukadamai 2 oleh Puskesmas Mekarwangi, dan diperiksa PCR di Labkesda. Hasilnya, ditemukan ada 24 orang terkonfirmasi positif COVID-19.

"Kita melakukan screening sebulan sekali. Di bulan pertama ditemukan 5 orang yang positif. Bulan ini baru dilakukan screening di SD Negeri 2 Sukadamai ditemukan 24 yang positif," kata Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Kota Bogor yang juga Wali Kota Bima Arya, Sabtu 20 November 2021.

Sekolah Dilarang Lakukan Pungutan PPDB

Para Siswa Mengikuti PTM di Kota Bogor

Photo :
  • VIVA/ Muhammad AR

Indikasi Herd Immunity

Sekolah Ini Singkirkan 300-an Buku yang Memuat Konten LGBT

Bima mengatakan, seluruh yang positif tidak memiliki gejala. Untuk penanganannya, seluruh aktivitas PTM dihentikan selama 10 hari terhadap SDN Sukadamai 2.

"Sesuai dengan aturan meminta agar PTM dihentikan selama 10 hari dihentikan," jelasnya.

Bima mengatakan, karena tidak ada gejala, 24 orang positif ini melakukan isolasi mandiri di rumah. Selain menghentikan PTM, lanjut Bima, satgas sudah melakukan tracing kontak erat untuk dilakukan swab PCR. Bima menilai, seluruh kasus positif merupakan indikasi herd immunity yang mulai terbentuk, sebab terdeteksi seluruhnya tanpa gelaja.

"Saya kira ini indikasi herd imunity sudah terbentuk. Jadi karena ini berbeda mudah-mudahan bukan indikasi gelombang ketiga. Mudah-mudahan ini indikasi herd immunity. Jadi virusnya semakin melemah positif tetapi tidak ada gejala," ungkap Bima.

Bima menyampaikan, seluruh guru sudah divaksin, terkecuali para siswa sekolah dasar di bawah 12 tahun yang tidak bisa divaksinasi.

"Yang anak SD belum divaksin. Karena memang enggak bisa divaksin," imbuhnya.

Bima menyampaikan selama PTM ini sudah ada dua temuan kasus positif. Pertama sudah ada 5 orang yang positif tanpa gejala. Dan kedua, 24 orang yang positif tanpa gejala. Namun demikian, lanjut Bima, Satgas COVID-19 Kota Bogor akan terus melakukan observasi selama 10 hari ke depan. Termasuk menelusuri kontak erat, hingga memantau gejala dan menginstruksikan dinas pendidikan terus berkodinasi dengan sekolah. .

“Minggu depan dari pusat (Kemenkes) akan melakukan screening di atas 1.000 (orang),” sebutnya.

Atas penemuan kasus tersebut, satgas tetap siaga dan waspada. Untuk rumah sakit lapangan siap diaktivasi, kemudian tempat isolasi di Pusdiklatwas BPKP Ciawi juga siap dioperasikan dan semuanya sudah siaga.

Dia mengaku langsung berkoordinasi dengan Kapolresta Bogor Kota, dan sepakat akan kembali mengeluarkan kebijakan pengetatan mobilitas di awal bulan Desember. Hal ini sesuai dengan himbauan Presiden Joko Widodo, agar menjelang akhir tahun harus waspada karena adanya mobilitas warga yang meningkat menjelang liburan Natal dan tahun baru (Nataru).

“Pengetatannya kemungkinan pemberlakuan Ganjil Genap. PPKM Level 3 akan berlaku pada tanggal 24 Desember sesuai dengan instruksi pusat,” jelasnya.

Sebelumnya, Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro meminta agar 24 orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 untuk tidak keluar rumah selama masa isolasi mandiri.

“Pastikan mereka tidak kemana-mana, RT dan RW setempat diminta untuk memonitor,” katanya di Balai Kota Bogor.

Satgas mengajak masyarakat untuk bersama mencegah penularan virus COVID-19 dengan saling mengingatkan mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan 5M: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas dan interaksi. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya